harianmerapi.com - Meski sudah dirawat di rumah sakit, ternyata kondisi Pak Dipo semakin menurun. Dari pemeriksaan medis, baru diketahui Pak Dipo mengidap penyakit jantung yang sebelummnya tak diketahui.
Kondisi psikis akibat ditahan polisi, membuat kesehatan Pak Dipo menjadi drop dan memberi efek pada fisiknya.
Tim dokter yang merawat sebenarnya sudah berusaha dengan maksimal, namun rupanya takdir sudah ditentukan. "Ayah meninggal," kata Tantro seperti tidak percaya.
Pak Dipo menghembuskan nafas terakhir, dengan ditunggui istri dan anaknya yang seperti tak percaya dengan kenyataan di hadapannya.
Tantro hanya bisa memeluk erat ibunya sambil sesenggukan menahan rasa pedih. Sementara Bu Dipo hanya bisa berjuang sekuat tenaga agar tidak menangis di depan anaknya.
Meski dalam hati Bu Dipo memberontak melihat suaminya terbujur kaku, namun yang ia tunjukkan adalah ketabahan yang luar biasa. Hanya sesekali ia mencoba menghapus aisr matanya yang menetes di pipi.
Tak terbayangkan bagaimana ia haris melanjutkan hidup. Bagaimana ia nanti seorang diri harus membesarkan Tantro.
Baca Juga: Gantungkan Cita-cita Setinggi Langit 2: Rajin Salat dan Belajar karena Ingin Menjadi Orang Kaya
Sedang saat masih ada ayahnya saja sudah hidup dengan penuh kesulitan, apalagi nanti mereka harus berjuang mengarungi kehidupan yang keras.
Satu hal lagi yang membuat Bu Dipo merasa sedih, adalah status suaminya yang menjadi seorang tahanan polisi atas kasus pencurian.
Meski belum terbukti benar tidaknya di pengadilan, namun orang-orang sudah telanjur menilai Pak Dipo adalah seorang penjahat.
"Bagaimana sekarang untuk memulihkan nama baik Bapak?" tanya Bu Dipo dalam hati.
Hanya dirinya dan Tantro yang masih percaya bahwa Pak Dipo tidak bersalah atas tuduhan yang diberikan. Namun bagaimana dengan orang lain?