Tubuhnya bangkit dan hendak menutup kaca nako. Ia lupa menutupnya malah tirai tak lupa ditutup. Tetiba tercium bau tak sedap lagi.
Ruangan gelap. Tubuhnya masih berdiri dan ia tak berani melangkah ketika dilihat kain putih berkibar di dekat pintu. Namun Mita heran, ia tak merasa menggantungkan mukena di kapstok dekat pintu.
Ia tengah kedatangan bulan dalam beberapa hari dan baru ingat mukenanya terlipat rapi di lemari. Lalu kain putih apa yang berkibar seperti tertiup angin itu?
Baca Juga: Peristiwa Mistis Lelembut Usil pada Anak Kecil yang Baru Senang-senangnya Punya Sepeda BMX
Tiba-tiba muncul keberanian yang tidak diduga. Rasa penasaran lebih besar ketimbang rasa takut. Tubuhnya mendekat ke arah kain putih itu dan untuk meyakinkan apakah itu mukena miliknya?
Dadanya berdegup lebih kencang ketika berhadapan dengan sosok yang sebelumnya dikira mukena itu. Sosok itu sama sekali bukan kain putih apalagi mukena miliknya, namun…makhluk menyeramkan.
Berbalut kain panjang putih kumal, wajahnya rusak, matanya bolong dan kepalanya diikat. Dan kedua matanya yang bolong itu… tengah menatap Mita. (Seperti dikisahkan Komala Sutha di Koran Merapi) *