harianmerapi.com - Aku sadar perbuatanku salah, selalu membantah dan tak pernah salat. Namun aku yakin Mama tidak akan marah. Selama ini Mama senantiasa memaafkan aku juga mengabulkan keinginanku.
Hingga semakin hari ulahku tambah menjengkelkan Mama. Namun tak sedikit pun aku merasa bersalah.
Penyelasan datang ketika Mama berpulang. Dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Aku benar-benar kehilangan Mama. Mama segalanya bagiku. Aku hilang arah. Hingga aku tersadar setelah mendapat pengalaman mistis.
Saudaraku seolah menyalahkanku atas kepergian Mama dan membuatku semakin terpuruk. Meski kehilangan Mama, meski rasa sedih kerap datang namun aku mengalihkan gundahku dengan caraku. Kumpul-kumpul dengan teman dan hal lain yang membuat marah keluarga.
Rumah yang asalnya selalu rapi dan bersih, rumah yang dulu ramai oleh orang mengaji kini sepi tak terdengar.
Aku senantiasa memanggil teman-temanku untuk kumpul di rumah. Bermain game, bermain gitar sampai karaokean sekencangnya.
Kakakku yang dulu sering bertandang ke rumah Mama, kini tidak lagi. Lebih senang berada di rumahnya ketimbang berada di rumah Mama. Praktis membuat aku leluasa berada di rumah dengan teman-teman.
Baca Juga: Kekayaan Bukan Segalanya 13: Merasakan Betapa Pentingnya Keluarga Saat Tergolek Sakit Tak Berdaya
Suatu hari aku bersama temanku ngumpul di rumah. Tak kuindahkan Kakak yang kebetulan datang menyuruhku untuk salat waktu itu.
Artikel Terkait
Arwah Pak Kardin Hanya Mau Kue Apem Bikinan Bu Sujak
Mengintip Sosok Perempuan Mandi, Badan Ditimbun Tanah Lempung
Misteri Rumah Kuna yang Ternyata Dihuni Bangsa Lelembut
Gara-gara Hantu Sok Usil Bikin Pembantu Tidak Betah
Jembatan Angker Direhab, 'Penghuni'-nya Berteduh di Rumah Pak Sawung