harianmerapi.com - Pada hari-hari biasa, Kang Manthuk (bukan nama sebenarnya), perajin gerabah warga dusun Samiran, mengakhiri pekerjaannya di saat menjelang Azar.
Namun karena mendapat pesanan cukup banyak, dia terpaksa kerja lembur. Jam lima sore dia masih asyik sendirian membuat gerabah ukuran kecil berwujud wajah perempuan.
Gerabah itu pesanan pelanggannya yang katanya akan dipakai untuk souvenir pesta pernikahan puterinya.
Baca Juga: Nasib Petualang Cinta 9: Penyesalan Selalu Datang Belakangan
Tiba-tiba kuping Kang Manthuk mendengar suara jibar-jibur orang mandi di belik. Memang, tidak jauh dari rumah Kang Manthuk ada sebuah belik yang berair amat jernih. Dimanfaatkan warga sekitar untuk keperluan mandi dan mencuci.
Kang Manthuk ingin tahu siapa gerangan yang mandi sambil mendendangkan lagu “Caping Gunung” itu. Suaranya teramat merdu, enak didengarkan.
“Kalau warga sini kayaknya tidak ada yang mempunyai suara emas seperti itu,” ujar Kang Manthuk dalam hati.
Baca Juga: Resep Pisang Goreng Crispy, Enak Cocok untuk Camilan Keluarga
Pekerjaan yang belum rampung dia tinggalkan. Tidak bermaksud untuk mengintip, diam-diam Kang Manthuk mengendap-endap di antara tumbukan belukar, mendekati belik.
Dari jarak yang tidak begitu jauh, perajin grabah itu melihat dengan jelas ada seorang perempuan sedang mandi dengan cara alami alias setengah telanjang.
Artikel Terkait
Main Drama Soal Pocong, Eh Pocong Beneran Malah Datang
Anakku Mau Diambil Perempuan Penghuni Rumah Kuna
Lepas dari Cengkeraman Gendruwo, Jatuh ke Pelukan Eyang Dukun
Diajak Laki-laki Sepuh ke Puncak Gunung Merapi
Arwah Pak Kardin Hanya Mau Kue Apem Bikinan Bu Sujak