harianmerapi.com - Sebuah cerita misteri nelayan kakak beradik yang nyaris tewas diterjang ombak, ditolong arwah kakak sulung mereka yang meninggal dua puluh tahun silam.
Lewat mass media cetak maupun elektronik BMKG telah menyebar informasi, jika cuaca di perairan laut selatan pulau Jawa sedang tidak bersahabat.
Nelayan diimbau untuk tidak melaut. Namun, Pono dan Wasno, tidak peduli dengan himbauan tersebut.
Baca Juga: Cerita Horor Anak Kecil Bangun Tengah Malam Nyaris Digondol Wewe Penghuni Resan
"Lha kalau tidak melaut, anak dan isteri mau makan apa?" begitu kilah Pono dan Wasno, nelayan kakak-beradik tersebut.
Keduanya tersenyum ketika melihat mendung di atas kepalanya lewat. Buru- buru mendorong perahu fibernya ke tengah laut.
"Nah apa kataku. Yang namanya ramalan, bisa benar tapi juga bisa meleset," ujar Pono sambil menebar jalanya.
Beberapa ikan besar dan kecil berhasil ditangkap. Baru asyik memunguti ikan di jala, tiba-tiba bertiup angin cukup kencang. "Ah, sebentar juga reda," ucap Wasno.
Baca Juga: Berbagai Pola Perilaku Agresif Remaja, Salah Satunya Agresi Fisik Bertujuan Merugikan Seseorang
Ternyata ujaran Wasno tidak seperti yang diharapkan. Angin bertiup semakin kencang. Tak hanya itu. Mendung tebal dalam waktu singkat memayungi mereka.
Disusul hujan lebat disertai petir dan geledek bersahut-sahutan. Ombak setinggi tiga meter mengguncang perahu mereka. Diangkat ke atas untuk kemudian dihempaskan ke bawah.
Memang, Pono dan Wasno bukan nelayan kemarin sore. Jam melautnya sudah puluhan tahun. Namun, diguncang ombak begitu rupa, tidak juga bisa menguasai keadaan. Perahunya terbalik.
"Tolooong...tolooong...!" Hanya itu yang keluar dari mulut Pono dan Wasno. Namun siapa pula yang akan mendengar teriakan tersebut dalam situasi seperti itu.
Baca Juga: Cerita Hidayah Berkah Orang Pandai Mensyukuri Nikmat Akhirnya Mampu Melaksanakan Impiannya Naik Haji
Tiba-tiba mata Pono melihat sesuatu. Begitu pula pengelihatan Wasno, adiknya. Keduanya sekilas melihat Warto datang melemparkan dua buah pelampung.