Baca Juga: Tiga Saudara Bernama Desy Ratnasari dan Pengin Cucu Laki-laki untuk Diajak Ngarit
Ki Ageng Kedu pulang ke padepokan Argaluwih ditemani Bah Beo. Bah Gedruk tidak ikut karena diberi tugas untuk menunggu rumahnya.
Setelah membagi tugas, Ki Ageng Kedu berpamitan untuk pulang ke Argaluwih, padepokan ayah mertuanya Syeh Maulana Gharibi (Hardo Pikukuh).
Tiba di padepokan, Ki Ageng Kedu merasa terkejut. Di halaman padepokan dia melihat seorang wanita sedang menuntun anak kecil. “Apakah benar dia itu anakku,” pikirnya. Di sebelah kanan anak itu tampak eyangnya, Hardo Pikukuh.
Baca Juga: Kuli Bangunan Terlilit Utang, Ditolong Laki-laki Misterius
Padepokan Argaluwih menyelenggarakan acara khataman setiap bulan. Di tengah suasana acara khataman, di balai padepokan tampak Syeh Maulana Gharibi, Ki Ageng Kedu, Sri Lintang Kedhaton dan anaknya yang bernama Qosim Abdullah sedang duduk bersama.
Mereka berembug membicarakan tentang rencana Qosim Abdullah yang akan dipondokkan di Gunung Jati, Cirebon. Satu setengah tahun lamanya Ki Ageng Kedu berada di padepokan Argaluwih.
Teringat akan tugas sucinya syi’ar agama Islam, Ki Ageng Kedu mohon ijin kepada isterinya, Sri Lintang Kedhaton (Siti Syarifah Ambariyah) untuk melanjutkan tugas berat tetapi suci dari Sunan Kalijaga. (Ditulis: Amat Sukandar) *