harianmerapi.com - Berkat pertemanan, Berjo akhirnya diterima bekerja di sebuah warung bakso yang cukup terkenal di kotanya.
Warung tersebut sudah punya banyak pelanggan, sehingga setiap hari tak pernah sepi. Omzetnya terutama di hari Sabtu dan Minggu bisa mencapai puluhan juta dalam satu hari.
Pemiliknya, Karni, adalah teman semasa SMA. Berjo tahu persis, bagaimana sahabatnya itu berjuang dari bawah, dimulai dari berjualan bakso keliling.
Baca Juga: Jadi Suami Kuntilanak 1: Setiap Malam Jumat Kliwon Mengajak Bermesraan
Kemudian menyewa kios kecil, namun lama kelamaan berkembang menjadi besar dan sekarang sudah memiliki warung makan sendiri yang cukup besar.
Bahkan warung bakso Karni sudah memiliki bebarapa cabang, yang semuanya tak pernah sepi pengunjung.
Berjo diterima menjadi salah satu karyawan, karena kebetulan sedang butuh banyak tenaga untuk membuka cabang baru. Memang hanya sebagai karyawan untuk membantu di bagian dapur, namun gajinya lumayan bagus.
Baca Juga: Arwah Pak Kardin Hanya Mau Kue Apem Bikinan Bu Sujak
Berjo sendiri tak terlalu mempersoalkan posisinya, karena yang penting dirinya bisa menimba ilmu dari Karni.
"Dulu aku tak menyangka, bisa punya warung sebesar ini. Semua ini berkat kerja keras dan doa yang selalu aku panjatkan setiap saat. Dan jangan lupa, doa dari orang tua juga sangat berpengaruh dalam aku merintis usaha ini," cerita Karni suatu saat.
Kata-kata Karni membuat Berjo terhenyak, terutama soal doa restu dari orang tua. Seketika itu ia teringat dengan kedua orang tuanya di kota lain, yang sudah bertahun-tahun tak pernah bertemu.
Baca Juga: Hilang Ditelan Siluman karena Masuk Hutan Larangan
Sejak menikah dengan Marjina, dirinya memang seolah dibuang oleh keluarganya karena tidak setuju dengan pernikahan tersebut.
"Benar kata Karni. Mungkin nasibku yang selalu sial ini karena aku tak mendapat restu orang tua. Tapi apakah mereka masih masih menerima kehadiranku, meski aku sudah bercerai dengan istriku?" tanya Berjo dalam hati.
Berjo takut, jika dirinya pulang nanti tidak diterima orang tua dan saudara-saudaranya. Terlebih lagi dirinya datang sebagai orang gagal, yang belum mencapai prestasi sama sekali. "Jangan-jangan mereka nanti malah akan mengolok-olokku," kata Berjo saat curhat pada Karni.