BERBAGAI program kerja telah mereka paparkan dengan baik. Kepala desa pun mendukung sepenuhnya program yang akan mereka jalankan. Apalagi kedatangan mereka untuk membantu mengembangkan pariwisata di Bukit Turgo.
“Bukankah seharusnya kalian tiba di desa ini semalam?” tanya Pak Lurah.
“Kami tersesat Pak, akhirnya kami menginap di rumah salah satu penduduk desa sebelah” sahut Jodi.
“Tidak ada desa selain tempat ini” ucapnya dengan penuh keheranan.
Belum selesai misteri tentang surau, kini justru hadir di pikiran mereka tentang desa gaib. Mereka semua terdiam, tak pernah menyangka peristiwa yang mereka alami akan terjadi.
Baca Juga: Mbah Kyai Pahing 3: Pangeran Suryaningrat Nyantri Sampai Akhir Hayatnya
Dari sorot mata mereka nampak kecemasan. Mereka pun membuka bekal makanan yang di berikan bu Marsiah. Bisa saja bekal makanan tersebut berubah wujud. Dengan penuh kecurigaan mereka membukanya.
Ternyata bekal makanan bu Marsiah berisi oseng tempe cabe hijau beserta lauk pauk dan nasi merah. Mereka pun dapat bernapas lega.
“Syukurlah kalian bisa sampai tempat ini, karena banyak yang tersesat dan tidak diketahui keberadaannya.”
“Apakah kami tersesat di desa gaib?”
“Sebaiknya kalian beristirahat karena sore nanti akan melakukan survei ke lokasi.”
Baca Juga: Kejujuran Membawa Nikmat 28: Menjatuhkan Pilihan Hati dengan Hati-hati
Pak Lurah pun berpamitan seolah tak ingin menjelaskan kejadiann yang mereka alami. Sore ini mereka memutuskan untuk survei lokasi kegiatan didampingi pemuda desa.
Suryo nama panggilannya tubuhnya tinggi kekar, kulitnya sawo matang, dan ia nampak begitu berwibawa. Ia merupakan cucu sesepuh desa.
Matahari sebentar lagi akan menenggelamkan dirinya bersama kenangan. Mungkin hari ini akan menjadi kenangan yang tak terlupakan bagi mereka. Selangkah demi selangkah mulai menapaki Bukit Turgo. Pohon-pohon begitu rimbun dan jalan begitu licin jika tidak hati-hati dapat tergelincir.
Baca Juga: Kisah dan Pesona Ratu kalinyamat 7: Menjelang Malam Nisfu Syaban Datang ke Masjid untuk Berdoa
Suryo tak hanya menjadi penunjuk arah, ia pun menceritakan berbagai sejarah tentang Bukit Turgo. Suryo meskipun wajahnya dingin tapi dia begitu ramah sehingga dapat berbaur dengan Aldi dan teman-temannya.
Setelah melalui perjalanan yang cukup panjang akhirnya mereka sampai di Bukit Turgo, panorama alam begitu memukau. Betapa indah pemandangan di puncak ketinggian.
Gerimis mulai membasahi tanah, mereka pun tidak bisa berlama-lama di puncak. Apalagi matahari mulai terbenam, tak ada lagi cahayanya menelisik masuk di antara dedaunan.