kearifan

MUI DIY gelar workshop seni budaya Islam di Masjid Jogokaryan

Kamis, 28 Juli 2022 | 17:52 WIB
Para pembicara Kangjeng Rinto, KPH Kusumoparastho, KH. Jazir dan Dr. Hilmy Muhammad. (Teguh Priyono )

HARIAN MERAPI - Dahulu orang minta keadilan kepada Sultan dengan jalan melakukan tapa pepe di antara dua pohon beringin yang berada di Alun-alun.

Sehingga pohon beringin hingga saat ini menjadi simbol penganyoman yang digunakan oleh Kejaksaan dan Pengadilan sebagai lambang kelembagaan itu.

Dan para pangeran yaitu putra-putra Sultan memanfaatkan serambi masjid untuk memberikan solusi atas izin Sultan untuk menyelesaikan persoalan yang sedang dihadapi oleh kawula itu.

Baca Juga: Mutilasi di Ungaran, Polisi rekonstruksi 21 adegan . Mulai tersangka datang hingga potong tubuh korban

Begitu papar K.H. Muhammad Jazir ASP Ketua Komisi Seni Budaya Islam Majelis Ulama Indonesia (MUI) DIY dalam Workshop Seni Budaya Islam, Kasultanan dan Kadipaten Pakualaman DIY Dalam Perspektif Islam, yang digelar di aula lantai II Masjid Jokokaryan, Jogja, Rabu(27/7/2022).

Lebih lanjut menurut Jazir, para putra Sultan dahulu sekolah di suatu tempat yang berada di Taman.

Untuk dapat lulus dari sekolah itu para pangeran ini harus hapal juz amma, sebagai bekal dasar mereka untuk dapat menjadi anggota dalam pengadilan Surambi.

Namun setelah perang Jawa yaitu perang Pangeran Diponegoro kemudian anak-anak Sultan diwajibkan masuk di sekolah yang didirikan oleh Belanda.

Baca Juga: Tragis! Usai otaki pembunuhan terhadap istrinya, Kopda Muslimin justru meninggal akibat keracunan

"Tujuannya sangat jelas agar para pangeran selain mendapatkan pendidikan ala Eropa juga untuk menjauhkan mereka dari sentuhan para ulama," tandas dia.

Workshop yang berlangsung sehari ini menghadirkan sejumlah pembicara dari Kraton Kasultanan Yogyakarta KRT Kintoko yang biasa disapa Kangjeng Rinto, dari Kadipaten Pakualaman KPH Kusumoparastho, Dr. H. Hilmy Muhammad, MA anggota DPD RI, Aris Eko Nugroho, S.P.,M.Si ketua Paninradya Keistimewaan Yogyakarta dan Prof. Dr.K.H. Machasin, MA Ketua MUI DIY.

Menurut Kangjeng Rinto, dalam perkembangan saat ini Sultan sebagai Raja Yogyakarta menjadi penganyom yang memberikan perlindungan kepada semua warganya dengan membedakan agamanya.

Baca Juga: Jamasan pusaka di Bulan Suro, tiap keris sajennya berbeda, ini urutannya

Dan dalam memberikan pendidikan kepada putri-putrinya Sultan juga sangat mempertimbangkan kelangsungan masa depan dengan memberikan pendidikanlebih moderen.

Halaman:

Tags

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB