kearifan

Diskusi Budaya: Korelasi Pupuh Tembang Macapat dalam Filosofi Memayuhayuning Bawana

Minggu, 19 Juni 2022 | 12:15 WIB
Para Pembicara Diskusi Budaya Dr. Pardi Suratno (kanan), KPH Kusumoparastho (kiri) dan moderator KMT Ndoyodiprojo (Teguh Priyono)

harianmerapi.com - Ada sebelas tembang macapat mulai dari Pupuh Maskumambang, Mijil, Sinom, Kinanthi, Asmaradana, Gambuh, Dhandhanggula, Durmo, Pangkur, Megatruh dan Pucung.

Bila secara seksama dicermati ternyata memiliki korelasi yang sedemikian ketat dengan konsep filosofi memayu hayuning bawana.

Demikian hal itu diungkap Budayawan Kadipaten Pakualaman KPH Kusumoparastho dalam Diskusi Budaya yang disenggarakan Jum'at (17/6/2022) malam di Ndalem Kepatihan Pakualaman Yogyakarta.

Baca Juga: Sepuluh Janji Allah Kepada Umat-Nya, Salah Satunya Pahala yang Sempurna Bagi Orang-orang yang Sabar

Menurut Kangjeng Kusumo begitu sapaannya, kesebelas pupuh tembang macapat itu ternyata memiliki keterkaitan dengan prosesi daur kehidupan manusia dalam perjalanan hidupnya di dunia.

Mulai manusia di alam ruh yang digambarkan dalam pupuh Maskumambang hingga masanya lahir (Mijil) kemudian berkembang dan tumbuh (Sinom)

hingga remaja dan dewasa (Kinanthi) sampai mengalami indahnya cinta (asmaradhana) hingga dewasa

dan memahami kehidupan yang sesungguhnya (Durmo, Pangkur) akhirnya Megatruh (meninggal) kemudian dikafani (Pocung).

"Itu seperti proses kehidupan manusia dalam perannya untuk memayuhayuning bawana terlebih dulu melakukan proses memayuhayuning sarira atau mengurus diri terlebih dahulu untuk dapat kemudian mengurus kehidupan dunia," ucap Kangjeng Kusumo.

Baca Juga: Bu Guru TK yang Periang Berubah Jadi Pemurung Setelah Enam Siswanya Tewas dalam Kecelakaan Maut

Dalam Diskusi Budaya yang diselenggaran secara rutin setiap Malam Sabtu Kliwon, untuk menghayubagya neptu kelahiran KGPAA Paku Alam X ini,

mengusung tema Korelasi Pupuh Tembang Jawa Macapatan dengan Konsep Memayuhaning Bawana menghadirkan juga Dr. Pardi Suratno mantan Kepala Balai Bahasa Yogyakarta

yang saat ini sebagai peneliti di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).

Dalam pandangan Pardi Suratno, masyarakat Jawa memiliki kecerdasan tersendiri dalam logika berpikirnya.

Hal ini tampak jelas pada penamaan produk budaya baik dalam budaya benda maupun tak benda.

Halaman:

Tags

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB