harianmerapi.com - Kisah perang Makassar lawan VOC. Pagi itu udara jernih, angin laut semilir sepoi-sepoi, dingin menyegarkan.
Sudah sekitar sepekan Karaeng Bontamaranu bisa tenang beristirahat dari hiruk pikuknya peperangan.
Mereka bergabung dengan prajurit Makassar yang dipimpin oleh Daeng Winggeni dan Panji Karonuban.
Baca Juga: Kisah Perang Makassar Melawan VOC 1: Meriam dan Peralatan Perang Belanda Dirampas Daeng Popo
Mereka oleh Sultan Hasanuddin ditugaskan menjaga benteng Buton dan siap meladeni serangan apabila Arupalaka dan Poleman yang beberapa bulan lalu pernah berada di pantai sisi timur Pulau Buton.
“Karaeng Winggeni, sebenarnya apa sih yang tersimpan di Benteng Buton ini?” tanya Karaeng Bontamaranu.
“Ya, biasa seperti benteng-benteng yang lainnya. Ada persenjataan, barang-barang kepentingan keprajuritan, dan juga persediaan bahan pangan”, jawab Daeng Winggeni.
“Barang-barang itu milik siapa? Toh di pulau ini juga bertahta Sultan Buton?”
Baca Juga: Kisah Perang Makassar Melawan VOC 2: Arupalaka Jengkel karena Pihak Belanda Ingkar Janji
“Ya, mestinya milik Kerajaan Gowa. Sebab Sultan Buton sudah mengakui kekuasaan Kerajaan Gowa di bawah Sultan Hasanuddin. Meski akhir-akhir ini sempat diancam oleh Arupalaka agar bergabung dengan Kompeni Belanda?”
“Selama ini tidak ada perselisahan antara Sultan Buton dengan para penguasa di Kerajaan Gowa?”
Daeng Winggeni menggeleng, “Tidak. Hubungan mereka baik-baik saja. Entah kalau nanti Sultan Buton terpengaruh ajakan Arupalaka?’
“Sudah berapa lama kamu tinggal di sini?”
Baca Juga: Kisah Perang Makassar Melawan VOC 3: Belanda Sulit Menggempur Kapal-kapal Kecil yang Selalu Bergerak
“Sudah lama banget, aku lahir di pulau ini?”, jawab Daeng Winggeni tersenyum.