harianmerapi.com - Jika jalan pagi saya selalu menghindari tempat sepi yang mungkin angker, karena pengalaman misteri di kala kecil.
Waktu itu saya masih kecil, sekitar umur 6 tahunan. Saya tinggal masih satu rumah dengan Bulik.
Setiap Minggu pagi, Nenek saya sering mengajak Bulik jalan pagi untuk berolahraga. Pada suatu Minggu pagi sekitar pukul 04.45, Nenek saya mengajak Bulik jalan pagi seperti biasanya.
Baca Juga: Cerita Misteri Warung Sederhana Murah Meriah di Tengah Sawah Ternyata Menu Makannya Pepes Kecoa
Karena suara Nenek saya yang memang agak keras, saya langsung terbangun dari tidur. Saya merengek minta untuk ikut jalan pagi.
"Aku ikut ya, Mbah?" kataku terus-terusan, sehingga akhirnya diperbolehkan.
Karena saya ikut, Nenek tidak tega kalau jalan pagi sampai jauh. Sekitar 1 km berjalan, Nenek dan Bulik akhirnya mengajak pulang saja.
Saat di perjalan pulang hari masih gelap karena belum ada sinar matahari. Kami terpaksa lewat jalan yang gelap meski tempat itu dikenal angker karena ada pohon bambu yang memang lebat dan kebun kosong.
"Disini dulu ada ularnya lho," kata Bulikku saat jalan melewati tempat angker itu.
"Iya, memang angker tempat ini," sahut neneku.
Setelah tidak jauh dari tempat itu, tiba-tiba saja terdengar seperti orang berlari tapi tidak ada orangnya.
Dan ketika kami menoleh, ada satu pohon yang seperti digerak-gerakan oleh seseorang dan seperti terkena angin ribut.
Tapi di bawah pohon itu tidak ada yang menggerakkanya dan hanya pohon itu yang bergerak sendiri. Pohon lainnya tidak ada yang bergerak.
Baca Juga: Mengasah Hati Nurani Remaja dengan Iman agar Menjadi Pribadi yang Berperilaku Positif
Melihat pemandangan ganjil itu, Bulik saya ketakutan dan berteriak sambil lari. Saya sendiri hanya diam dan tangan saya dipegang erat Nenek sambil jalan kaki agak cepat. (Seperti dikisahka Afifah Nurul di Koran Merapi) *