kearifan

Keris Tangguh Entho-entho, Dulu Alat Perang sebagai Pusaka Andalan Sekarang Jadi Kelangenan

Senin, 10 Januari 2022 | 09:00 WIB
Keris memiliki makna yang dalam bagi orang Jawa. (Ilustrasi Pramono Estu)

harianmerapi.com - Bagi sebagian besar orang Jawa, ada yang masih menganggap keris atau pun tosan aji lainnya bukan sekadar benda biasa.

Hasil karya perajin atau pun empu sohor ini bahkan ada yang mendudukannya menjadi pusaka, bukan sebagai alat bertempur layaknya senjata tajam lainnya.

Sebilah keris justru disakralkan dan berpantang dijadikan senjata untuk membunuh. Keris menempati kedudukannya sebagai pusaka yang memiliki nilai lebih tinggi dari sekadar senjata untuk bertempur dan membunuh, menumpahkan darah.

Baca Juga: Remaja Belajar dari Lingkungan Sosialnya

"Dalam sejarah penggunaan keris sebagai alat untuk membunuh mungkin pada awal kerajaan Singosari ketika Ken Arok membunuh Tunggul Ametung. Hingga ada yang menyebutnya kutukan keris Empu Gandring," tutur Empu Sungkono Arumbrojo pewaris tangguh Entho-entho di rumahnya Seyegan.

Perkembangan selanjutnya meski keris masih dijadikan senjata, namun sedikit cerita yang menyebutkan secara langsung menggunakan keris sebagai senjata untuk saling bunuh.

Bahkan pada tataran masyarakat tertentu berpandangan bahwa keris memiliki kaitan dengan kedudukan dan status seseorang dalam masyarakat.

Menurut Sungkono, keris tangguh Entho-entho saat ini lebih banyak menjadi semacam klangenan karena keindahan pamornya yang memiliki makna kamuliaan pemiliknya.

Baca Juga: Amalan Shalawat di Pagi Hari, Pembuka Pintu Rezeki Sepanjang Hari

Banyak yang kemudian mampu membaca dengan cermat pamor dalam bilah keris dikaitkan dengan lancarnya rezeki, mulusnya perjalanan karier seseorang bahkan karisma dan kewibawaan seorang pejabat juga bisa dipengaruhi dari keris pusaka yang dimilikinya.

Bukan itu saja, keris pun diyakini memiliki kekuatan magis terkait dengan banyak masalah yang bersentuhan dengan dunia metafisika.

"Meski sebenarnya pamor itu semua disebut tiban, karena tidak bisa direkayasa menurut keinginan empu maupun pemesannya. Namun pada sebagian orang justru melihat pamor bukan dari kekuatan energi dalam proses penempaan bahan di besalen, tapi lebih pada bentuknya yang unik itu," tandas generasi ke 17 dari Empu Supa Majapahit ini.

Sungkowo mengaku, meski zaman semakin maju namun dia tidak ingin pelepas tradisi pembuatan keris menggunakan berbagai teknologi moderen.

Baca Juga: Menemukan Cahaya Misterius Saat Menjalankan Ritual di Pantai Parangkusumo

Di tengah besalen tetap ada tungku atau prapen. Prapen terhubung dengan ububan, sejenis pompa tradisional dari bumbung yang digunakan untuk membesarkan api. Dekat prapen ada kolam air berukuran kecil atau disebut kowen.

Halaman:

Tags

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB