“Pangeran Trenggono cucuku. Bila diberi umur panjang, kamu jangan menggunakan ilmu pemberian kakek untuk perang dengan saudara, kakek sudah puas dengan keturunan yang ke tujuh. Karena, perang saudara akan membuat susah rakyat kecil."
"Dan lagi banyak wabah, kematian terjadi di sana-sini. Orang pedesaan tidak bisa menggarap sawahnya, mereka kekurangan pangan. Oleh karena itu, kamu menjadi orang ‘tumbuk waru’ (pengayom) saja. Menjadi orang yang bodoh tetapi tahu. Menjadi orang pandai tetapi bijaksana dan mempunyai rasa belas kasihan kepada sesama."
"Nak, cucuku. Sepertinya kakek sudah banyak memberi ilmu. Tetapi meskipun sudah banyak ilmu yang saya berikan semua masih kurang. Karenanya, kamu agar menghadap kepada Syeh Maulana Gharibi atau Ki Ageng Gribig di Klaten”.
Baca Juga: Rumdin 'Rumah Rakyat Setuju' Salatiga Dikerjakan Kontraktor Bernama Unik, Ini Dia
Setelah beberapa tahun Pangeran Trenggono menimba ilmu, usianya sudah 40 tahun. Kemudian kakeknya berpesan, “Nak...., Pangeran Trenggono, lakukanlah pujian”.
Selama melakukan pujian, Kanjeng Sunan Kalijaga menemui Pangeran Trenggono dan juga memberi banyak nasehat agar melanjutkan menimba ilmu dengan mengabdi kepada Ki Ageng Kedu di Temanggung.
Pengabdian Pangeran Trenggono diterima oleh Ki Ageng Kedu (Ki Ageng Makukuhan). Dan dia menjadi menantu Ki Ageng Kedu dengan menikahi anak putrinya bernama Kembang Arum atau Sekar Kedaton dan berputera dua orang yaitu Cakrawesi (Raden Mas Wiryokusumo) dan Ragil Kuning (Raden Ayu Anjasmara). (Ditulis: Amat Sukandar) *