harianmerapi.com - Acara ritual tradisional ‘Tepung Alam, Eling Purwa’ ini juga dalam rangka menyongsong ‘Hari Wayang Nasional 2021’.
Pelaksanaan ritual yang difasilitasi Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Magelang.
Di tengah situasi pandemi Covid 19 acara ini digelar secara sederhana dan terbatas dengan tidak meninggalkan protokol kesehatan.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Magelang yang diwakili Kepala Seksi Cagar Budaya dan Permuseuman, Hari Bawartati, S.Sn., mengharapkan agar ritual tradisional mengenang letusan dahsyat Gunung Merapi ini dapat meningkatkan kewaspadaan terhadap ancaman bahaya letusan Gunung Merapi bagi warga masyarakat di sini.
Baca Juga: Daging Rendang Bekas Gigitan Dikasihkan Pak Sopir dan Dompet Hilang Dikembalikan Lewat Pos
Kikis Wantoro, Ketua Padepokan Seni ‘Budi Aji’ menuturkan, ‘tepung alam’ bermakna untuk mengenal keadaan, sifat dan tanda-tanda alam di lingkungannya khususnya alam di sekitar Gunung Merapi.
Dengan lebih mengenal alam lingkungan ini diharapkan dapat meningkatkan kepekaan terhadap tanda-tanda alam terutama bila Gunung Merapi meningkatkan kegiatannya dan akan meletus.
Sehingga akan dapat mengurangi jatuhnya korban jiwa dengan menyingkir ke tempat yang lebih aman sebelum bencana alam itu terjadi.
Baca Juga: Rumahku Bukan Surgaku 7: Merajut Kembali Keharmonisan Keluarga
Sedangkan ‘eling purwa’ maknanya untuk mengenal ‘waktu’ terkait dengan perjalanan hidup manusia yaitu purwa, madya, wasana.
Dalam ritual ini ‘waktu’ dilambangkan dengan wayang tokoh Bethara Kala dan Gunungan. Bethara Kala sebagai dewa ‘penguasa waktu’ mempunyai sifat yang tegas, artinya perputaran waktu tidak akan terulang kembali.
Dan Gunungan dalam pentas wayang purwa digunakan sebagai penanda waktu yaitu sebelum pagelaran dimulai (purwa) gunungan tertancap di tengah kelir, pada pertengahan pagelaran (madya) gunungan tertancap miring di tengah kelir dan pada akhir pagelaran (wasana) gunungan tertancap tegak di tengah kelir (tancep kayon).
Baca Juga: Enam Sikap Muslim yang Harus Dilakukan Terhadap Al Quran
Tanda waktu dengan perlambang gunungan itu menggambarkan titik-titik tanda waktu kehidupan manusia dari lahir sampai meninggal dunia yaitu purwa, madya dan wasana.
Laku ritual ini diawali dengan mengusung ubarampe sesaji berupa bunga mawar, dupa cina, wayang kulit tokoh Bethara Kala dan Gunungan serta lukisan kepala raksasa berlatarbelakang Gunung Merapi. (Ditulis: Amat Sukandar) *