harianmerapi.com - Pengaruh agama Hindhu dan Budha masih terasa dan tampak nyata terhadap agama dan budaya Jawa.
Masih ada pemeluk agama Islam yang melakukan ritual-ritual bernuansa Hinduisme maupun Budhisme, bahkan animistis dan dinamistis. Meski tidak semua pemeluk agama Islam di Jawa melakukan hal tersebut.
Oleh warga dusun Kadisana dan dusun Gejayan desa Gantang, Ki Ajar Windusana dipercaya sebagai cikal-bakal dan kakek-moyang mereka.
Baca Juga: Cerita Horor Penjual Bakmi Jawa yang Dilarisi Rombongan Makhluk Gaib
Bersama istrinya, Raden Ayu Retna Kumala, Ki Ajar Windusana bermukim di dusun Kadisana hingga wafatnya.
Istrinya adalah putri yang ke-16 dari Raja Majapahit, Prabu Brawiwijaya V, seperti yang tertulis dalam buku ‘Himpunan Sejarah ing Tanah Jawi’.
Semula Raden Ayu Retna Kumala adalah istri Adipati Jipang yang telah meninggal dunia.
Baca Juga: Rumahku Bukan Surgaku 5: Kaget Bangun Tidur di Kamar Pembantu
Makamnya berada di kompleks pemakaman desa yang lokasinya tidak jauh dari pohon nangka growong.
Oleh warga dusun setempat, R. Ay. Retna Kumala juga disebut Nyai Jipang atau Nyai Sedhah.
Sampai kini benda-benda yang bermakna ‘bersejarah’ terkait dengan perjuangan Ki Ajar Windusana dalam penyebaran agama Islam di wilayah Gunung Merbabu itu masih utuh dan dirawat oleh warga desa Gantang.
Baca Juga: Jenazah Itu Tersenyum Padaku dan Lengkuas Lupa Disimpan di Dompet
Baik itu lumpang batu, lesung batu, gandhik batu mau pun pohon nangka yang masih tumbuh subur di tengah tegalan dusun Kadisana.
Bahkan benda-benda peninggalan kuna itu dianggap memiliki tuah dan berdaya magis, bagi mereka yang percaya.
Ada sementara orang yang memohon kesembuhan berbagai macam penyakit dan keperluan lainnya dengan memanjatkan doa-doa di lokasi benda-benda tersebut berada.