Baca Juga: Rumahku Bukan Surgaku 1: Orang Tua Setiap Hari Bertengkar di Depan Anak
Dirinya berjalan menyusuri kampung sendirian untuk menuju rumah. Rasa kantuk benar-benar ganas, menguaplah di tengah perjalanan.
Matanya menutup karena kembali menguap dan ketika terbuka ada sebuah kios kopi yang riuh dengan hiasan lampu neon.
Terkejutlah kehadiran warung yang buka pada waktu dini hari di pinggir jalan desa. Heran, kenapa tidak melihat bangunan kios seperti ini saat berangkat ronda.
Baca Juga: Pentingnya Doa Dalam Kehidupan Umat Muslim, Ini Tiga Keuntungan yang Didapat
Malik mendekati kios berukuran gubuk sawah tersebut. Radio menyalakan lagu dangdut dengan cukup deras, jajanan tersaji apik di toples-toples. Ternyata itu kedai kopi.
Bahkan aroma rebusan air panas ikut menyemai, Malik langsung menepi dan duduk di kursi panjang, seorang wanita paru baya menemuinya.
“Weh. Ada pelanggan...”
“Iya Bu. Oiya saya pesan kopi pahit satu.” Malik semakin bingung, bibirnya langsung memesan sebuah kopi. Padahal minuman tanpa gula itu jarang sekali dirinya minum. (Seperti dikisahkan Ichsan Nuansa di Koran Merapi) *