IYAH heran mengapa dirinya dilarang hamil lagi oleh Mbah Waloyo. Tak tahu maksudnya, Iyah pun bertanya, "Mengapa Mbah?"
Mbah Waloyo menatap wajah Iyah lekat–lekat, “Karena anak dalam kandunganmu akan berujung dijadikan tumbal oleh suamimu.”
“Kalau kamu tidak percaya dengan perkataanku, masuklah dalam ruang kerja suamimu. Di sanalah kamu bisa mendapat jawaban,” lanjut Mbah Waloyo.
Baca Juga: Kejujuran Membawa Nikmat 30: Hidup Berkecukupan Namun Tak Suka Bermewah-mewah
Malam harinya, Iyah memutuskan untuk mencari kebenaran di dalam ruang kerja suaminya. Kedua tangan Iyah gemetaran saat membuka pintu. Aroma kotoran monyet langsung menusuk hidung.
Ruangan itu ternyata dihuni oleh beberapa kawanan monyet yang dikandang dengan kandang berlapis emas. Di sudut ruangan ada ubo rampe dan nyala kemenyan.
“Apa yang dikatakan emak merupakan sebuah kebenaran. Kang Jarni melakukan pesugihan monyet,” gumam Iyah.
Baca Juga: Kesaktian Syekh Maulana 2: Bertempur Melawan Makhluk Halus Penunggu Alas Roban
Mendadak dadanya sesak saat melihat makhluk besar berbulu hitam seperti monyet raksasa sedang memakan seonggok daging yang berbentuk seperti ari–ari bayi.
Iyah membalikkan badan tidak mau melihat makhluk mengerikan itu. Namun, di belakangnya sudah ada monyet raksasa yang lain. Makhluk itu berjalan mendekat.
Iyah sangat ketakutan sampai terkencing–kencing.
“Ampun…” pinta Iyah.
Baca Juga: Menutup Mata dengan Penyesalan 14: Tak Ada Keinginan Bertahan Hidup
Ternyata, monyet itu hanya lewat saja tanpa menganggunya. Namun, Iyah melihat tangan kanan dan kiri makhluk itu menggenggam rantai besi yang panjang.
Rantai besi terlilit di leher anak laki–laki yang jumlahnya cukup banyak.
“Cepat jalan, kalian para budakku,” perintah makhluk itu.
Iyah baru sadar, jika anak laki–laki yang terlilit rantai besi adalah para tumbal yang dikorbankan Kang Jarni.