HARIAN MERAPI - Menu takjil bubur sayur lodeh yang masih lestari di Masjid Panembahan Bodho Bantul punya sejarah syiar Islam zaman Sunan Kalijaga.
Kisah tutur setempat menyebut menu takjil bubur sayur lodeh di Masjid Panembahan Bodho Bantul bermula dari kisah syiar Islam Sunan Kalijaga.
Masjid Panembahan Bodho di Bantul tempat berlangsungnya tradisi makan bubur sayur lodeh saat takijlan juga dipercaya sebagai peninggalan murid Sunan Kalijaga.
Takmir masjid setempat Drs Haryadi, menjelaskan sejak zaman Panembahan Bodho murid Sunan Kalijaga itu, setiap acara takjilan menunya bubur sayur lodeh.
Menurutnya, menu itu dipilih bukan karena alasan keadaan. Namun, karena ada maknanya.
Dia menjelaskan, bubur itu mengandung makna kebaikan. Dari kata bahasa Arab, ‘bibirin’ yang berarti bagus atau baik.
Baca Juga: Doa Mustajab Sunan Kalijaga, Kidung Rumeksa Ing Wengi, Lengkap dengan Terjemahan Bahasa Indonesia
Sementara dalama bahasa Jawa, bubur memiliki padanan kata beber, babar, dan bubur.
Beber artinya membabar ajaran yang dalam hal ini Islam. Babar atau rata, berarti ajaran Islam harus merata. Sedangkan bubur sendiri bermakna ajur-ajer.
"Sayur dan nasi bubur menjadi satu, seperti Islam yang harus menyatu dengan jiwa dan raga pemeluknya”, kata Haryadi.
Hingga kini, makan bubur sayur lodeh menjadi tradisi unik bulan Ramadhan di Padukuhan Kauman Wijirejo, Pandak, Bantul.
Masyarakat bergotong royong untuk membuat menu bubur sayur lodeh yang cukup menguras tenaga tersebut.
Proses membuat dan menyiapkan menu bubur sayur lodeh warisan zaman Sunan Kalijaga ini pun menjadi tradisi yang menarik.