HARIAN MERAPI - Bagian terakhir dari cerita hidayah hobi yang menyesatkan. Gara-gara hobi sabung ayam maka Walidi harus menerima kenyataan kena PHK dari pekerjaan yang mapan.
Seperti biasanya, pagi itu Walidi berangkat ke kantor. Namun kali ini dengan perasaan tidak enak. Pasalnya, salah satu ayam peliharaannya mati mendadak.
Yang membuat Walidi heran, sehari sebelumnya tidak ada tanda-tanda ayamnya sakit. Pikirannnya pun terus saja tertuju pada ayamnya, sehingga tidak konsentrasi bahkan saat mengendarai sepeda motor di jalan raya.
Baca Juga: Cerita hidayah hobi yang menyesatkan, sejak kecil sudah suka sabung ayam
Akibatnya, tiba-tiba...kedubrak....motor Walidi nabrak seorang kakek pengendara sepeda onthel. Beruntung si kakek tidak mengalami luka-luka, hanya sepedanya yang ringsek lumayan parah.
Terpaksa Walidi harus merogoh kantongnya untuk ongkos perbaikan sepeda dan sekadar berobat si kakek.
Gara-gara insiden itu, Walidi terlambat sampai kantor. Dan belum sempat duduk, temannya memberi tahu dirinya dipanggil bagian personalia.
Hati Walidi pun berdesir, karena tak biasanya bagian personalia memanggil karyawan jika tidak ada sesuatu yang penting.
Baca Juga: Cerita hidayah memiliki hobi yang menyesatkan membuat sulit mencari jodoh
Dengan dada berdebar-debar, diketuknya pintu kepala bagian personalia. "Masuk," terdengar suara merdu dari balik pintu.
Itu suara Bu Nancy (bukan nama sebenarnya), kepala bagian personalia yang cantik namun punya sikap tegas.
Dengan pelan dan sikap agak membungkuk, Walidi pun masuk ke ruangan yang dingin itu. Untuk sejenak ia bisa melupakan ayamnya yang mati, karena saking tegangnya menghadapi atasan yang seorang perempuan.
Setelah berbasa basi panjang lebar tentang kondisi ekonomi yang sedang sulit, sehingga berpengaruh besar pada kondisi perusahaan, maka sampailah pada kesimpulan mengapa Walidi dipanggil.
Baca Juga: Visi keluarga muslim: membangun keluarga samara penuh barakah
"Dengan tidak mengurangi rasa hormat kami atas jasa-jasa yang telah bapak berikan kepada perusahaan selama ini, namun karena keadaan memaksa maka kami harus mengambil keputusan yang sangat sulit. Kami harus melakukan pengurangan karyawan, dan mohon maaf, Pak Walidi termasuk salah satunya," kata Bu Nancy dengan kata-kata yang amat sangat jelas didengar.
Dengan lunglai Walidi meninggalkan ruangan Bu Nancy. Pikirannya hampa menerima kenyataan yang tiba-tiba dan sangat di luar dugaan.