harianmerapi.com - Adu jago atau sabung ayam bagi penggemarnya dianggap sebagai gengsi yang harus dipertaruhkan dengan apa saja.
Termasuk minta tolong pada mbah dukun, agar ayamnya menang dalam sabung ayam. Hal itu memang menjadi kisah mistis.
Pada kalangan penyuka sabung ayam, dua pria paruh baya ini sudah tidak asing lagi. Tupon dan Mardiun (keduanya bukan nama sebenarnya), sudah sejak muda mereka menekuni kegiatan tersebut.
Ayam jago aduan milik keduanya ada puluhan ekor. Para penghobi sabung ayam harus berpikir dua kali untuk mengadu ayamnya dengan ayam milik Tupon mau pun Mardiun.
Bisa dikatakan, jika Tupon dan Mardiun merupakan 'matahari kembar'. Masing- masing merasa ayam aduannya adalah yang paling unggul.
Entah karena gengsi atau demi menjaga imej, ayam jago keduanya satu kali pun belum pernah diadu.
Suatu hari ada orang yang memanas-manasi Tupon. Di lain pihak ada yang mengkili-kili Mardiun.
Jadilah, Tupon merasa ditantang Mardiun dan begitu sebaliknya. Akhirnya terjadilah kesepakatan.
Hari Kamis sore akan diadakan laga, antara si Kenthus, ayam jago milik Tupon melawan si Jagur, ayam jago kepunyaan Mardiun.
Hasil pertempuran hidup-mati itu untuk pembuktian, siapa yang benar-benar menjadi raja. Apakah Tupon atau Mardiun.
Tupon mau pun Mardiun berkonsentrasi penuh, mempersiapkan ayam jago yang akan diturunkan.
Perkara ada yang bermain judi dalam pertarungan itu, keduanya tidak peduli. Dua hari menjelang hari-H, Tupon sowan Mbah Kamari (nama samaran),
seorang dukun atau supranaturalis yang konon bisa membantu seseorang bisa meraih apa yang diinginkan.