harianmerapi.com - Sudah menjadi kebiasaan Mbah Sinem untuk pergi ke pasar pagi-pagi sekali, setelah sholat subuh.
Pagi ini pun ia sudah bersiap. Ia menggendong bakul berisi sayur, telur, dan beberapa hasil kebun lainnya untuk dijual ke pasar.
Pasar yang dituju Mbah Sinem, letaknya agak jauh. Mbah Sinem berjalan kaki sambil menggendong bakul, melewati jalan-jalan kampung yang masih gelap dan sunyi.
Baca Juga: Enam Upaya Menjaga Keutuhan Keluarga, Salah Satunya Belajar Memahami Pasangan
Tiba-tiba, Mbah Sinem melihat seekor ayam betina gemuk yang sedang mencari makan di bawah pohon bambu.
“Kruk….kruk…kruk….,” suara ayam betina itu.
“Ayam siapa ya, kok pagi-pagi buta begini sudah keluar mencari makan?” gumam Mbah Sinem heran.
Mbah Sinem berpikir, mungkin itu ayam liar. Tanpa pikir panjang, ia pun menangkap ayam gemuk itu, lalu dimasukkannya ke dalam bakul.
“Lumayan lah, ayam ini pasti laku dijual,” pikir Mbah Sinem.
Mbah Sinem pun kembali melanjutkan perjalanan. Bakul yang digendongnya kini terasa berat, karena ada seekor ayam gemuk di dalamnya. Tiba-tiba,
“Enaknya….enaknya….enaknya digendong!” terdengar suara berat dari dalam bakul Mbah Sinem.
Mbah Sinem terperanjat.
“Huh, pasti aku salah dengar,” pikir Mbah Sinem, lalu kembali berjalan.
“Enaknya….enaknya…..enaknya digendong,” suara itu kembali terdengar, seolah-olah berlagu gembira.
Baca Juga: Sri Jayanegara Raja Majapahit 2: Marah Setelah Lamaran Ditolak Dua Putri Keturunan Raja
Mbah Sinem penasaran. Ia pun berhenti dan menurunkan bakulnya. Alangkah terkejutnya Mbah Sinem. Di dalam bakulnya kini tidak ada lagi ayam betina.