Pemkab Sleman Jamasan Pusaka Tombak Kyai Turunsih, Ini Tujuannya

photo author
- Sabtu, 12 Agustus 2023 | 06:37 WIB
Abdi dalem sedang menjamas Pusaka Tombak Kyai Turunsih milik Pemerintah Kabupaten Sleman.  (Dok. Prokopim Setda Sleman)
Abdi dalem sedang menjamas Pusaka Tombak Kyai Turunsih milik Pemerintah Kabupaten Sleman. (Dok. Prokopim Setda Sleman)

HARIAN MERAPI - Pemerintah Kabupaten Sleman melaksanakan jamasan atau siraman beberapa pusaka yang dilakukan oleh abdi dalem Keraton Yogyakarta.

Salah satu pusaka yang dijamas adalah pusaka milik Kabupaten Sleman yakni Tombak Kyai Turunsih yang merupakan pemberikan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X saat Hari Jadi Sleman ke-85 pada 15 Mei 1999.

Jamasan Pusaka Tombak Kyai Turunsih rutin dilakukan setiap Bulan Sura dalam Kalender Jawa, dengan urutan setelah pusaka-pusaka yang ada di Keraton Yogyakarta telah dijamas terlebih dahulu.

Baca Juga: Kasus pelecehan peserta kontes kecantikan masih trauma, polisitunggu kesiapan para korban

"Jamasan atau Siraman pusaka Tombak Kyai Turunsih bermakna sebagai pengingat untuk selalu menyucikan hati dan pikiran untuk hidup di peradapan yang lebih baik," kata Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Kabupaten Sleman, HY Aji Wulantara saat Jamasan Pusaka di Pendopo Rumah Dinas Bupati Sleman, Jumat (11/8/2023).

Dijelaskan Aji bahwa Pusaka Tombak Kyai Turunsih merupakan simbol welas asih di Kabupaten Sleman.

Dilihat dari Pamor Beras Wutah yang dimiliki oleh Pusaka Tombak Kyai Turunsih, yang perlu dimaknai baik oleh pemimpin dan masyarakat agar memiliki jiwa mencintai sesama dan mengedepankan nilai welas asih (kasih sayang).

"Pamor Beras Wutah juga bermakna bahwa Kabupaten Sleman sebagai lumbung berasnya Provinsi Daerah Instimewa Yogyakarta (DIY) yang harus senantiasa dijaga nilai-nilai agrarisnya," ujar Aji.

Baca Juga: Sekalipun MA tolak PK kubu Moeldoko, AHY tetap waspada upaya melemahkan Partai Demokrat

Mantan Kepala Dinas Kebudayaan Sleman ini juga menegaskan bahwa jamasan/siraman Pusaka Tombak Kyai Turunsih sebagai bentuk penghargaan terhadap warisan budaya.

"Jangan disalahtafsirkan bahwa jamasan/siraman pusaka tentang kepercayaan terhadap hal-hal berbau klenik. Melainkan untuk menghargai yang sudah diwariskan bagi Kabupaten Sleman," imbuhnya.

Aji berpesan agar generasi baik tua, muda dan anak-anak menghargai pusaka sebagai warisan orang-orang terdahulu yang sarat makna.

"Sebaiknya pola pikir kita jangan hanya memandang kondisi sekarang saja. Tetapi perlu melihat kondisi yang dilakukan oleh orang-orang terdahulu, yang bisa diambil untuk kesempurnaan di masa kini," pinta Aji.

Baca Juga: Kabar baik, hingga Juli 2023 APBN catatkan surplus Rp153,5 triliun atau 0,72 persen dari PDB

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Husein Effendi

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB
X