HARIAN MERAPI – Hal menarik dari komplek Candi Sengi di Magelang Jawa Tengah adalah adanya Candi Asva yang disebut pula sebagai Candi Asu.
Candi Asva di komplek Candi Sengi itu terdapat relief Burung Nori, yang merupakan simbol wanita pandai bicara.
Relief ini terkait dengan arca Dewi Nandi yang dibangun sebagai peringatan bagi para wanita.
Ramli Sunarto, almarhum juru pelihara Komplek Candi Sengi pernah menceritakan, ketika sang permaisuri Hayuwangi ditinggal sendirian di istana, sang patih hendak mencumbunya.
Baca Juga: Misteri Kompleks Candi Sengi Magelang 1: Bekas Kerajaan Hindu Kuno Abad 8 Masehi
Tetapi, permaisuri mengulur-ulur waktu dengan mengajaknya berbicara panjang lebar hingga Sang Prabu kembali. Dan, perselingkuhan tidak terjadi.
Sebagai peringatan, dibuatlah arca bidadari bermuka anjing dan relief burung nori itu.
Candi Asva dibangun sebagai tempat peristirahatan terakhir bagi Sang Prabu. Namun ketika mendapat wangsit yang mengatakan Gunung Merapi akan meletus dahsyat, Sang Prabu segera hijrah ke Jawa Timur.
Menurut Ramli, Candi Asva hanya ditempati selama 2 tahun sejak dibangunnya pada tahun 865-867 Masehi.
Baca Juga: Polsek Tempel Menagkap Dua Pemuda Pelaku Pencurian Burung, Ini Kronologinya
Ketika Gunung Merapi meletus hebat pada tahun 1006 Masehi, semua yang ada di kawasan Jawa Tengah luluh lantak. Tidak kecuali tiga candi di Komplek Candi Sengi.
Letusan hebat Gunung Merapi itu juga menciptakan aliran sungai yang memisahkan Candi Asva dan Candi Lumbung Sengi. Sungai itu adalah Sungai Pabelan.
Karena saking dahsyatnya letusan Gunung Merapi, Sungai Apu yang berhulu di Gunung Merapi dan Sungai Belan yang berhulu di Gunung Merbabu, menyatu menjadi Sungai Pabelan.
Sungai Pabelan itu membelah padukuhan Candi Pos di kecamatan Dukun, dan Tlatar di kecamatan Sawangan.