HARIAN MERAPI - Kisah Sunan Geseng yang juga murid setia Sunan Kalijaga seri 4
Setelah meninggal, jenazah Sunan Geseng jadi rebutan dua pihak untuk dimakamkan di wilayahnya masing-masing.
Hal itulah mengapa makam Sunan Geseng sekarang jadi kembar alias ada dua. Semasa hidupnya, Sunan Geseng sering berada di desa Tirto, tetangga desa Kleteran.
Sehingga, mubaligh ini oleh sesepuh desa itu, Ki Wonotirto, dianggap sebagai anaknya. Masyarakat desa Tirto juga sangat menghormati Sunan Geseng, sebagai seorang mubaligh yang disegani.
Ketika Sunan Geseng wafat di desa Kleteran, masyarakat desa Tirto ingin untuk memakamkannya di desanya. Tetapi warga Kleteran juga mempunyai maksud yang sama.
Maka terjadilah ‘perebutan’ jenazah Sunan Geseng, karena warga dari dua desa itu sama gigihnya dalam mempertahankan
maksudnya.
Ketika Sunan Geseng wafat, jenazahnya disemayamkan di desa Kleteran dan dijaga sangat ketat agar tidak diambil oleh warga desa Tirto.
Namun Ki Wonotirto dengan kesaktiannya merubah dirinya menjadi seekor kucing dan masuk menyelinap ke ruang persemayaman jenazah Sunan Geseng.
Jenazah itu oleh Ki Wonotirto ‘dicipta’ menjadi seekor tikus, dan digondolnya. Ketika warga Kleteran tahu jenazah itu hilang, mereka bergegas mengejarnya ke desa Tirto.
Ketika warga Kleteran sampai di desa Tirto jenazah Sunan Geseng sudah selesai dimakamkan. Pemakamannya disiasati dengan membuat dua makam kembar.
Kyai Wonotirto memperbolehkan orang-orang dari Kleteran untuk menggali makam itu, dengan janji hanya satu makam yang boleh digali.
Bila dalam penggalian itu mereka tidak menemukan jenazahnya, mereka harus rela Sunan Geseng dimakamkan di desa Tirto.