HARIAN MERAPI - Kisah Sunan Geseng yang menjadi murid setia Sunan Kalijaga 4
Sunan Geseng bertekad untuk menyebarkan agama Islam sampai akhir hayatnya.
Ketika Sunan Geseng sampai di desa Kleteran (kini berada di wilayah Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang), karena sangat kelelahan dia berhenti dan meletakkan potongan tiang tatal itu.
Dan di desa inilah Sunan Geseng mendirikan sebuah masjid dan pondok pesantren. Sampai kini masjid dan pesantren itu masih ada dengan nama Pondok Pesantren ‘Sunan Geseng’. Di sinilah Sunan Geseng menyebarkan agama Islam sampai akhir hayatnya.
Masyarakat di wilayah Kabupaten Magelang meyakini, makam Sunan Geseng dengan dua nisan kembar berada di desa Tirto Kecamatan Grabag, kira-kira 25 kilometer dari kota Magelang.
Dan sudah menjadi tradisi masyarakat di daerah ini, makam ini ramai diziarahi pada setiap “Malam Selikuran” bulan Ramadhan. Makam ini juga banyak peziarah pada bulan Ruwah dan pada hari-hari malam Selasa Kliwon dan Jum’at Kliwon.
Sejak siang sampai malam hari banyak peziarah berdatangan dari daerah Magelang bahkan dari berbagai kota di Jawa Tengah dan daerah lainnya.
Makam Sunan Geseng kini menjadi salah satu objek wisata religi di daerah Kabupaten Magelang, khususnya
‘wisata ziarah’.
Cungkup makamnya kini sudah dipugar, ada sepasang makam yang dikelilingi dinding berkaca ditutup tirai. Makam mana yang berisi jenazah Sunan Geseng, tak seorangpun tahu.
Makam Kyai Wonotirto, sesepuh desa itu, berada sebelah barat makam Sunan Geseng. Makam ini berada di puncak sebuah bukit di kaki barat Gunung Andong.
Mengapa makamnya kembar? Semasa hidupnya, Sunan Geseng sering berada di desa Tirto, tetangga desa Kleteran. Sehingga, mubaligh ini oleh sesepuh desa itu, Ki Wonotirto, dianggap sebagai anaknya.
Masyarakat desa Tirto juga sangat menghormati Sunan Geseng, sebagai seorang mubaligh yang disegani. (Amat Sukandar/Koran Merapi) *