HARIAN MERAPI - Kisah Kiai Ageng Giring 10, Mengajarkan simbisosis mutualisme warga dengan lingkungan
Syahdan, suatu ketika Parameswari Amangkurat I, Ratu Labuhan melahirkan seorang bayi yang cacat.
Saat yang sama, istri Pangeran Arya Wiramanggala, keturunan Kajoran, yaitu keturunan Giring juga melahirkan bayi yang sehat dan tampat.
Baca Juga: Seorang Ibu di Sukoharjo pada Ramadhan 2023 Ditodong Senjata Tajam dan Kehilangan Sepeda Motor
Amangkurat sangat mengenal Penembahan Kajoran sebagai seorang ulama sepuh dan dapat menyembuhkan orang sakit.
Oleh karena itu, putranya yang cacat dibawa ke Kajoran untuk dimintakan penyembuhan.
Kajoran pun merasa bahwa kesempatan ini menjadi kesempatan baik agar keturunannya menjadi raja Mataram.
Anak Wiramanggala dikembalikan ke Amangkurat I dengan berdalih bahwa upaya penyembuhan telah berhasil.
Kisah inilah akhirnya membenarkan bahwa pada keturunan yang ke-7, garis keturunan Kiai Ageng Giringlah yang menjadi raja Mataram
meskipun silsilah itu diambil dari garis perempuan karena Paku Buwono I adalah raja yang berdarah Giring.
***
Alkisah, secara ekologis Kiai Ageng Giring telah mengajarkan simbiosis mutualisme antara warga dan lingkungan.
Kali Gowang yang mengalir di desa Giring sampai saat ini menjadi tumpuan warga desa Giring, Mulusan, Karangasem dan desa Sodo.
Terlebih pada setiap musim kemarau tiba. Sungai ini memiliki keterkaitan erat dengan perjuangan Ki Ageng Giring.