Pada masa masih aktif bekerja disebut Kiai Gede.
Setelah sepuh, jabatan dialihkan kepada keturunan sehingga sebagai sepuh tokoh disebut dengan Kiai Ageng.
Baca Juga: Pertamina Dumai Inventarisasi Kerusakan Akibat Ledakan Kilang
Gelar ini demikian pulalah yang berlaku untuk Kiai Ageng Giring.
Keturunan Kiai Ageng Giring ini dalam kesultanan Yogyakarta Hadiningrat terdapat empat orang.
Akan tetapi, makam Kia Ageng Giring III lah yang dikelola oleh Kesultanan karena penerima wahyu Kraton.
Silsilah keluarga Kiai Ageng Giring adalah Prabu Brwaijaya IV seorang Raja Majapahit dan ibunya bernama Retno Mundri.
Beliau bertemu seorang wali besar yang bernama Sunan Kalijaga.
Beliau juga seperguruan dengan Kiai Ageng Pemanahan.
Mereka berdua adalah tokoh politik yang mengembara dari istana untuk mengebangkan kekuatan spiritual dan mengajarkan Islam kepada penduduk sekitar.
Baca Juga: Pesta Miras di Bulan Ramadhan, Empat Pria dan Satu Perempuan Digerebek Polresta Surakarta
Dahulunya, ketika kerajaan Majapahit hancur, putra-putri Prabu Brawijaya menyebar ke berbagai wilayah di tanah Jawa, bahkan hingga ke Bali dan Lombok.
Pada tempat tinggal masing-masing mereka berikhtiar lahir batin agar memperleh tahta ayahnya yang telah hilang.
Keyakinan bahwa wahyu kraton akan turun kepada putra yang memiliki kecakapan lahir batin menancap begitu kuat tertanam dalam relung jiwa para trah darah biru ini, salah satunya adalah Kiai Ageng Giring I. (Ditulis: Yosi Wulandari UAD di Koran Merapi) *
