Nyi Ageng Serang menasihati Pangeran Diponegoro agar mencari tempat yang ‘tanahnya harum’ untuk kubu pertahanan

photo author
- Sabtu, 27 September 2025 | 21:00 WIB
Bedug Genderang Perang Pangeran Diponegoro tersimpan di Masjid Baturrohman dusun Tingal Kulon, desa Wanurejo (MERAPI-AMAT SUKANDAR)
Bedug Genderang Perang Pangeran Diponegoro tersimpan di Masjid Baturrohman dusun Tingal Kulon, desa Wanurejo (MERAPI-AMAT SUKANDAR)

HARIAN MERAPI - Nyi Ageng Serang pernah menasehati, agar P. Diponegoro mencari tempat yang ‘tanahnya harum’ untuk kubu pertahanannya.

Tempat itu kini bernama desa Ngargogondo, sisi utara kaki Pegunungan Menoreh sebelah selatan Kali Sileng. Di desa ini kubu pertahannya berada di dusun Gedongan.

Kali Sileng pada masa Perang Diponegoro merupakan garis demarkasi, daerah kekuasaan perajurit P. Diponegoro di sebelah selatan dan daerah penjajah Belanda di sebelah utara sungai.

 Baca Juga: Masjid Baiturrohman di Dusun Tingal Kulon Wanurejo Borobudur menyimpan bedug genderang perang Pangeran Diponegoro

Sedangkan di dusun yang kini namanya Brojonalan merupakan tempat pertahanan perajurit P. Diponegoro yang dipimpin P. Brojonolo, seorang senopati perang dari Keraton Yogyakarta dalam melawan serdadu penjajah Belanda.

Pemimpin perang lainnya adalah R. Basah Sentot Prawirodirdjo dan Kyai Maja yang membuat kubu pertahanan di desa Majaksingi.

Desa Wanurejo sebagai desa yang pernah menjadi kancah Perang Diponegoro, banyak nama-nama dusun yang berkaitan dengan peperangan itu.

Dusun yang kini bernama ‘Tingal’ pada masa perang dulu sering terjadi pertempuran sengit antara perajurit P. Dipenegoro dengan serdadu penjajah.

Baca Juga: Menkeu Purbaya Ngaku Cari Pundi-pundi Triliun demi Kas RI, Ingatkan Orang Kaya Tak Bisa Lagi Hindari Pajak

Disamping itu di desa ini adalah daerah yang rawan konflik dengan musuh. Musuh perajurit P. Diponegoro bukan hanya serdadu Belanda yang berkulit putih, tetapi juga begundal-begundalnya yang sama-sama berkulit sawo matang.

Untuk dapat mengetahui, siapa lawan dan siapa kawan, perajurit P. Diponegoro mempunyai kata-kata sandi sebagai isyarat pengenal sesama perajurit.

Kata-kata sandi itu, bila ditanya ‘mataku’, maka harus dijawab ‘matamu’. Kata-kata itu kemudian menjadi nama dusun itu yaitu dusun ‘Matamu’.

Karena kata-kata itu dirasa kasar, kemudian diganti ‘Ketingal’, yang akhirnya menjadi ‘Tingal’. Ada lagi nama dusun Jowahan, dimana dulu di tempat ini banyak serdadu Belanda yang mati ‘dijowah-jowah’ atau dicacah-cacah.

Baca Juga: MBG Belum Merata Bikin Kepala Sekolah di Salatiga Waswas Tandatangani Perjanjian, Walikota Minta Keluhan di Lapangan Tak Diabaikan

Dan juga ada dusun Bekangan, dimana dulu merupakan tempat untuk ‘mbekang’ atau membantai serdadu musuh.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB
X