HARIAN MERAPI - Sunan Gunung Jati tak bisa dilepskan dengan perkembangan agama Isilam di Cirebon. Bahkan di zaman Sunan Gunung Jati-lah perkembangan agama Islam di sana mengalami kemajuan pesat.
.
Nama Cirebon sejak awal abad ke-16 mulai dikenal di dunia internasional. Tome Pires, musafir Portugis yang datang ke Nusantara pada awal abad ke-16 mencatat bahwa Cerbon pada saat ia singgahi merupakan kota pelabuhan yang ramai.
Nama Curban juga telah ada pada peta dunia yang ditulis oleh Diego Ribeiro pada tahun 1529.
Baca Juga: Menyimak asal usul Cirebon, konon sebutan barawal ketika utusan Raja Galuh dijamu makan lauk terasi
Menurut manuskrip Purwaka Caruban Nagari, cikal bakal Cirebon adalah berasal dari sebuah desa nelayan yang bernama Muarajati.
Suasana desa tersebut sangat ramai karena setiap harinya didatangi nelayan dan pedagang dari berbagai daerah.
Selama bertahun-tahun, desa tersebut bertambah maju dan menjadi pelabuhan yang tidak pernah sepi sehingga terkenal ke berbagai wilayah Nusantara.
Utusan Kerajaan Galuh (Pajajaran) yang berkuasa pada masa itu, yaitu Ki Gedeng Alang-Alang (Kuwu Cerbon), mendapat tugas atas keamanan dan penanganan di wilayah Pelabuhan Muarajati.
Oleh beliau, pemukiman penduduk nelayan dipindahkan ke daerah Lemahwungkuk. Pada masa kejayaan Kerajaan Pajajaran, Pangeran Walangsungsang (Putra Prabu Siliwangi) diangkat menjadi Adipati Cirebon dengan gelar Cakrabuana.
Pada masa pemerintahan pangeran ini, seperti dikutip dari laman kemdikbud.go.id, dibangunlah keraton sebagai pusat pemerintahan di Cirebon, dan mulai menyebarkan dan mengembangkan ajaran Islam.
Pada masa Prabu Djumadjan (tahun 1350), Cirebon kedatangan saudagar dari negeri Arab, yaitu Syeh Datuk Kahfi, Syeh Datuk Mahayun, beserta dua belas orang pengikut.
Mereka menyebarkan dan menyemarakkan perkembangan agama Islam yang juga disiarkan oleh para wali dan keturunannnya.
Baca Juga: Pemimpin dan kepemimpinan dalam perspektif Al-Quran dan Al-Hadits
Perkembangan agama Islam mengalami kemajuan yang pesat pada masa pemerintahan Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati)
karena selain berupaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pembangunan fisik/materi, Sunan Gunung Jati terus menerus menyiarkan agama Islam dalam pembangunan non fisik.