"Kata Ibu, Bagus mengigau memanggil-manggil Bapak. Ia kangen ingin bertemu Bapak."
Semakin pedih hati Karman mendengar penuturan Tatik. Sementara Sita hanya tercenung. Dalam hati kecilnya ada rasa berdosa, dirinya telah merebut Karman dari sisi Bagus dan ibunya. Meski berat, Sita pun menganjurkan Karman agar segera menemui Bagus di rumah sakit.
Tangis Karman pun tak terbendung, manakala ia memeluk Bagus dalam kondisi sedang sakit. Begitu pula dengan Bagus, rasa suka cita bertemu dengan ayahnya ia curahkan lewat tangis bahagia.
Secara medis sakit Bagus memang belum sembuh, namun secara psikologis ia langsung menjadi kuat dan tentu akan berpengaruh pada proses penyembuhan lebih cepat.
"Yah Allah, terima kasih Engkau tekah membukakan hati suamiku untuk bersedia menemui anakku," kata batin Lastri sekalipun hatinya terasa perih.*