Cerita hidayah rela hidup sederhana demi pendidikan anak

photo author
- Jumat, 17 Mei 2024 | 20:00 WIB
Ilustrasi cerita hidayah rela hidup sederhana demi pendidikan anak (Sibhe)
Ilustrasi cerita hidayah rela hidup sederhana demi pendidikan anak (Sibhe)

HARIAN MERAPI - Cerita hidayah tentang keluarga Wiwik yang rela hidup sederhana demi pendidikan anak dan hasilnya pun mereka petik setelah anak-anak dewasa.

"Pokoknya untuk urusan pendidikanmu, bapak sama ibu akan berupaya semaksimal mungkin. Orangtuamu masih mampu untuk menguliahkanmu sampai S-1. Kamu besok harus serius menjalani kuliah," kata Wiwik (semua nama disamarkan) saat ngobrol santai dengan anaknya, Vino yang duduk di bangku kelas XII SMA.

Pesan ini pula yang disampaikan kepada adiknya, Tania yang kini masih duduk di kelas X SMA. Wiwik berpesan agar Tania serius dan fokus belajar. Orangtuanya akan berupaya keras supaya bisa membiayai belajar di perguruan tinggi.

Baca Juga: Cerita hidayah meraih berkah menjadi pedagang perantara yang jujur

Kehidupan keluarga Wiwik bisa dibilang sederhana. Suaminya, Totok bekerja sebagai pegawai negeri sipil (PNS). Dia juga bekerja di salah satu perusahaan swasta. Lantaran ingin anak-anaknya bisa kuliah, mereka harus menahan diri untuk membeli hal-hal yang dinilai tidak perlu.

Untuk transportasi sehari-hari mereka menggunakan 3 motor bekas yang dibeli cash beberapa waktu yang lalu. Kehidupan keluarga Wiwik juga sederhana, meski begitu kegiatan relijius seperti salat lima waktu dan belajar rutin tiap haris selalu digaungkan di keluarganya.

Sementara itu, tetangga depan rumahnya keluarga Santi memiliki kehidupan yang agak berbeda. Meski suaminya, Fudin, juga sebagai PNS dan Santi bekerja sebagai pegawai swasta kehidupannya sungguh 'wah'.

Dia baru saja ambil kredit mobil baru. Santi juga gemar beli perhiasan emas. Bahkan tiap tiga bulan sekali selalu ganti cincin, gelang, dan kalung.

Baca Juga: Kecelakaan maut rombongan SMK Lingga Kencana Depok, Pakar: Akibat penggunaan komponen palsu

"Ayo pak, kita ke toko emas. Ini emas-emasan punyaku sudah gak up date. Jadi harus ganti yang baru," kata Santi mengajak suaminya untuk tukar tambah perhiasan.

Lantaran gemar belanja, perhatian kepada anaknya pun terabaikan. Santi jarang komunikasi dengan anaknya.

Karena sibuk, ia memberikan semua fasilitas buat anaknya seperti motor baru, uang saku berlebih, hingga ponsel terkini. Tapi Santi melupakan untuk mendampingi anaknya dalam belajar di bangku sekolah.

***

Waktu berlalu begitu cepat. Kini anak-anak telah tumbuh dewasa. Demikian halnya keluarga Wiwik dan Santi. Anak Wiwik sudah masuk di bangku kuliah.

Baca Juga: Jukir liar yang membandel akan dikenakan sanksi tipiring untuk membuat efek jera, itu di Jakarta lho!!

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Filosofi laron dalam masyarakat Jawa

Senin, 28 April 2025 | 14:45 WIB
X