Cerita hidayah preman kampung yang dulu digdaya namun kini hidupnya merana

photo author
- Rabu, 15 Mei 2024 | 18:00 WIB
Ilustrasi cerita hidayah preman kampung yang dulu digdaya namun kini hidupnya merana (Sibhe)
Ilustrasi cerita hidayah preman kampung yang dulu digdaya namun kini hidupnya merana (Sibhe)

Tukang parkir dan pedagang yang biasanya diminta jatah uang keamanan bersorak ketika mendengar bahwa Yuwana jatuh sakit. Mereka bahagia karena tidak ada lagi orang yang meminta uang keamanan.

"Sukurin, dia makan uang haram. Saya tidak pernah ikhlas memberikan uang keamanan kepada dia. Makanya jadi begitu," ujar salah seorang pedagang yang girang mendengar kabar Yuwana jatuh sakit.

Yuwana kini harus menjalani cuci darah setiap sepekan sekali. Badannya perlahan-lahan menyusut. Otot yang dulu menyembul di balik bajunya kini mulai mengempis.

Kini dia tersadar, kedigdayaan yang dulu dimiliki telah sirna diganti dengan kondisi tubuh yang lemah. Ia menyesal saat masih sehat dan kuat tidak dimanfaatkan untuk berbuat kebaikan.

Nasi sudah menjadi bubur, Yuwana harus menjalani hari-hari berat dengan ginjalnya yang sudah tidak berfungsi.

"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri." (QS An Nisaa': 36 ) (Oin) *

 

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizinĀ redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Filosofi laron dalam masyarakat Jawa

Senin, 28 April 2025 | 14:45 WIB
X