Sunan Kalijaga kemudian meminta kepada Sunan Bonang untuk membuat seperangkat gamelan. Dan, Sunan Kalijaga sendiri membuat Gong.
Seperangkat gamelan lengkap dengan gong itu dimainkan di halaman dalam Masjid Demak, sehingga masyarakat berduyun-duyun datang ke masjid.
Sunan Kalijaga pun memanfaatkan hal itu untuk lebih memperkenalkan Islam, dan meminta kepada warga yang ingin masuk ke masjid untuk terlebih dahulu membaca syahadat.
Keramaian itu kemudian terkenal dengan istilah sekatenan, dari kata syahadatain.
Baca Juga: Daftar Pemenang Festival Anggrek Vanda Tricolor ke-6 di Pakem Sleman
Awal mula peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW itu pula yang menjadi cikal bakal tradisi sekaten Keraton Yogyakarta dan Solo, untuk memperingati Maulid Nabi.
Pada setiap penyelenggaraannya, tradisi sekaten juga diisi dengan kajian budaya dan keagamaan.
Kemudian, juga pembacaan riwayat Nabi Muhammad SAW di akhir acara tradisi sekaten, yang ditutup dengan acara grebeg gunungan.
Baca Juga: Siskaeee Beberkan Sinopsis Film 'Keramat Tunggak': Itu Film Religi, PSK Tobat di Bulan Ramadhan
Dalam perkembangannya, tradisi Maulid Nabi juga berkembang di banyak daerah dengan berbagai acara yang berbeda. *