HARIAN MERAPI - Sebuah kejadian mengerikan sekaligus cerita misteri dialami Sukadi.
Ia melihat ada perempuan yang nekat menabrakkan diri ke kereta api yang melaju kencang.
Namun ternyata hanya dia sendiri yang melihat, sementara orang lain tak menyaksikan apa pun.
Pada era tahun 1960-an transportasi umum belum begitu lancar seperti saat ini. Kalau pun ke Jakarta naik kereta api tidak begitu nyaman seperti sekarang.
Dari Jogja, dalam sehari hanya tersedia dua rangkaian kereta api. Yakni kereta ekonomi yang berangkat pagi buta dan kereta cepat Surabaya–Jakarta lewat Jogja.
Perjalanan dari Jogja ke Jakarta juga membutuhkan waktu tempuh cukup lama, sekitar duabelas jam, bahkan bisa lebih. Sudah begitu penumpangnya dipastikan berjubel, sumpeg jadinya.
Pagi menjelang siang, Sukadi (bukan nama sebenarnya) sudah duduk di kursi panjang ruang tunggu stasiun Tugu, menanti datangnya kereta api Surabaya–Jakarta lewat Jogja.
Dia akan mengadu nasib, mencari pekerjaan di Jakarta. Tidak lama datang seorang perempuan muda langsung duduk di sebelahnya. “Mbak juga mau ke Jakarta?” tanya Sukarjo berbasa-basi.
Yang ditanya hanya menggeleng. “O, mau menjemput saudara dari Surabaya?” Pertanyaan yang kedua itu pun hanya dijawab dengan gelengan kepala.
Baca Juga: Monaco ke-8 tahun 2023 SMA Muhi ditutup, ini para juaranya
“Aneh orang ini. Tidak akan bepergian, juga tidak menjemput seseorang, lalu apa keperluannya datang ke stasiun?” tanya Sukadi dalam hati.
Tidak lama kemudian terdengar suara pengumuman dari pengeras suara. Menginformasikan jika akan ada kereta api barang lewat dari arah barat. Akan menuju stasiun Lempuyangan, tanpa berhenti di stasiun Tugu.
Mendengar pengumuman tersebut perempuan itu yang sejak tadi duduk dengan menundukkan kepala, bangkit berdiri. Pandangannya nanar diarahkan ke arah barat.
Sesaat kemudian serangkaian gerbong barang yang ditarik lokomotif hitam dengan mesin uap, masuk jalur spor tiga. Karena memang tidak akan berhenti, masinis tidak mengurangi kecepatannya.