MODUS penipuan dengan mencatut nama pejabat bukanlah hal baru. Korban umumnya percaya begitu saja, tanpa melakukan kroscek terhadap pelaku yang mengaku sebaga pejabat di suatu wilayah.
Seperti yang marak belakangan ini di Bantul, penipu menghubungi pengurus masjid dan mengabarkan tentang bantuan untuk masjid. Pengurus takmir yang mendapat telepon dari pelaku yang mengaku sebagai Wakil Bupati minta segera dikirim nomor rekening untuk keperluan transfer.
Berikutnya, pelaku menunjukkan bukti transfer dengan nominal yang dilebihkan. Bukti transfer tahap pertama tertera Rp 28 juta, sedang bantuan yang diberikan Rp 20 juta. Dari situlah kemudian pelaku meminta takmir untuk mengembalikan kelebihan Rp 8 juta.
Baca Juga: Luncurkan vaksin LSD, upaya proaktif Pemkab Sleman selamatkan sapi dan kerbau
Hal itu berlanjut pada bantuan tahap kedua Rp 30 juta yang dilebihkan menjadi Rp 45 juta, maka kelebihan Rp 15 juta diminta untuk dikembalikan melalui rekening yang disebut pelaku.
Modus ini agak berbeda dengan yang dilakukan pelaku pada umumnya. Pelaku yang satu ini seolah-olah telah menrasfer bantuan namun kelebihan, sehingga ketika diminta dikembalikan korban tidak keberatan.
Sekilas ini sangat meyakinkan, padahal bukti transfer yang ditunjukkan oleh pelaku adalah palsu, alias sama sekali tidak ada transfer uang. Pelaku justru mendapat transfer uang dari korban yang disebutnya sebagai kelebihan bantuan.
Baca Juga: 5 game dan aktivitas untuk menikmati libur Tahun Baru Imlek 2023, dijamin seru dan menarik
Ternyata modus ini terus berulang dan berhasil, karena pelaku mencatut nama pejabat, yakni Wakil Bupati dan Sekda Bantul. Seharusnya, korban melakukan kroscek terlebih dahulu sebelum mengirimkan uang yang oleh pelaku disebutnya sebagai kelebihan kiriman.
Pengurus takmir harus mengecek di rekening apakah benar ada transfer atau uang masuk sebesar yang disampaikan pelaku. Bila tidak, sudah jelas pelaku adalah penipu dan kalau perlu dijebak untuk bertemu di suatu tempat agar ditangkap polisi.
Jadi, harus dipastikan terlebih dulu apakah uang memang telah ditransfer atau tidak. Selanjutnya perlu pula dikroscek apakah benar Wakil Bupati maupun Sekda memerintahkan untuk memberi bantuan kepada masjid melalui takmir. Saat ini semua mudah dicek menyusul terbukanya akses informasi di pemerintah daerah.
Baca Juga: 'Emak-emak mandi di lumpur' itu akhirnya dicari polisi, ada apa?
Soal bukti transfer yang ditunjukkan pelaku jelas-jelas palsu dan itu mudah dibuat oleh siapa saja. Jadi jangan percaya sebelum dicek kebenarannya, ada tidaknya uang masuk ke rekening. Itulah cara efektif untuk menghindari penipuan yang mencatut nama pejabat. (Hudono)