Dengan demikian mereka tidak sadar ketika tengah asyik bermain ternyata ada kegiatan belajar di dalamnya.
Ketiga, berkaitan dengan substansi pada anak usia dini dalam belajar adalah adanya repetisi atau pengulangan. Dengan demikian kegiatan penanaman literasi pada anak usia dini harus dilakukan secara berulang dan terus menerus.
Melalui pengulangan ini anak usia dini akan masuk pada proses mengenal, kemudian paham, setelahnya meniru, dilanjutkan dengan bisa, hingga mereka dapat
mengembangkan kemampuan membaca, menulis, dan berpikir kritis.
Secara bertahap dan berkelanjutan, kemampuan itu akan semakin sempurna seiring dengan perkembangan usia anak.
Keempat, menciptakan kondisi lingkungan yang bagus, yakni orangtua ataupun pihak sekolah menciptakan suasana yang memang erat berkaitan dengan kegiatan literasi.
Seperti menyediakan banyak buku bacaan, gambar-gambar, orangtua dan guru yang aktif mengajak anak-anak mendongeng dan membacakan buku.
Literasi tidak hanya mengenai buku, hal ini muncul hasil dari penyesuaian terhadap perkembangan zaman.
Literasi yang dilakukan meliputi banyak ragam rupa yang mana terbagi menjadi enam jenis,
yakni (1) literasi dini, (2) literasi dasar, (3) literasi perpustakaan, (4) literasi media, (5) literasi teknologi, (6) literasi visual.
Kelima, orangtua dan guru memberikan penghargaan kepada anak usia dini terhadap segala pencapaian baik yang anak tunjukkan.
Orangtua atau guru ataupun orang dewasa lainnya dapat memberikan penghargaan baik secara materi ataupun non materi, seperti berwujud pujian,
memberikan hadiah, ataupun menciptakan kedekatan yang semakin intens kepada anak.
Adanya penghargaan tersebut mendorong anak untuk semakin giat melakukan banyak pencapaian menyenangkan untuk dirinya dan untuk orang lain.
Reward yang diberikan orangtua dan guru akan menjadi kenangan indah yang akan anak ingat dan kenang selalu sepanjang hayatnya sebagai suatu
pengalaman yang sangat indah dan menyenangkan. *