KEPANIKAN terkadang membawa malapeta. Itu dialami Yuda Dwi Alif Saputra (19) warga Desa Pakis Kecamatan Tambakromo Pati yang ditemukan tewas di sungai Bumirejo Juwana, Senin pekan lalu.
Bersama temannya ia nekat menceburkan diri ke sungai ketika dikejar-kejar kawanan pemalak. Sedang temannya selamat, dan teman lainnya berhasil kabur mengendarai motor.
Nasib Yuda sungguh tragis, karena ia mencoba menghindari gerombolan pemalak, namun malah bernasib ngenes, nyawa melayang. Andai ia tak nyemplung sungai mungkin nasibnya tak setragis itu. Tapi siapa yang tahu nasib orang.
Baca Juga: Komnas HAM Temukan Dugaan Penyiksaan di Lapas Narkotika Yogyakarta
Polisi masih memburu kawanan pemalak tersebut. Bagaimanapun merekalah yang menyebabkan Yuda meninggal.
Menghadapi pemalak mestinya tak perlu panik dan mengambil langkah nekat. Menceburkan diri ke sungai, sementara yang bersangkutan tak bisa berenang, tentu tindakan konyol dan jauh lebih berbahaya ketimbang dipalak.
Kalau ‘hanya’ dipalak, mungkin uang atau HP yang melayang, tapi kalau nyemplung sungai nyawa yang melayang.
Memang ini terasa tidak seimbang antara harta dan nyawa. Padahal, nyawa tidak bisa dibandingkan dengan harta seberapapun. Jadi, nyawa adalah segalanya, sedangkan harta masih bisa dicari.
Awal mula kejadiannya, Yuda bersama beberapa temannya nongkrong di seputaran SPBU Ngantru (JLS Mustotkoharjo). Kemudian mereka didatangi gerombolan pemalak. Lantaran takut, mereka melarikan diri menggunakan sepeda motor dan terjadi aksi kejar-kejaran.
Namun akhirnya tertangkap juga dan para pemalak sempat memukuli korban, sedangkan Yuda bersama temannya melarikan diri nyemplung sungai. Maka terjadilah petaka yang memilukan. Ketika temannya memanggil-manggil, Yuda tidak nongol dan beberapa saat kemudian ditemukan tenggelam.
Baca Juga: Kesal Kepada Israel, Begini Cara Dubes Ukraina untuk Israel Menyampaikan Sindiran
Sebenarnya, ketika dikejar pemalak, langkah paling aman adalah menuju kantor polisi terdekat untuk meminta perlindungan. Dipastikan nyali pemalak ciut ketika berhadapan dengan polisi.
Tapi, namanya saja panik, mereka tak berpikir ke situ, yang penting kabur hingga musibah itu terjadi. Atau, lantaran sama-sama berombongan, kalau berani melawan sembari meminta bantuan warga setempat.
Sehebat apapun penjahat, nyalinya akan ciut ketika berhadapan dengan warga atau orang kampung. Sudah banyak kasus penjahat dihajar ramai-ramai ketika tertangkap orang kampung.