Empat Aspek Kepribadian untuk Mengukur Generasi Berkualitas dari Sudut Pandang Islam

photo author
- Rabu, 17 November 2021 | 05:07 WIB
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M.Si. (Dok Pribadi)
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M.Si. (Dok Pribadi)

Baca Juga: Legenda Lesung Nangka Growong 1: Satu Pohon Tapi Rasa Buahnya Berbeda-beda

Ketiga, aspek sosial dan kultural. Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk sosial yang harus menjalani kehidupan bersama dan dalam kebersamaan dengan orang lain.

Perwujudannya dalam kebersamaan tidak sekadar mampu bergaul dengan orang lain, tetapi juga memiliki kepekaan dan kepedulian sosial yang tinggi, serta banyak memberikan kemanfaatan kepada orang lain/lingkungan sosialnya.

Misalnya, suka menolong orang lain yang berada dalam kesusahan dan penderitaan, suka bergotong royong memperbaiki lingkungan sekitar, serta senang berorganisasi
sebagai perwujudan dirinya sebagai makhluk sosial.

Baca Juga: Misteri Sesosok Makhluk Hitam di Gudang Lab Kimia yang Tersenyum

Keempat, aspek spiritual dan moral. Aspek spiritual terwujud dalam kualtas iman dan takwa, yang berarti kemampuan mengendalikan diri untuk tidak melanggar yang diperintahkan dan sebaliknya tidak memperturutkan sesuatu yang dilarang oleh Tuhan.

Manusia yang beriman tidak menghalalkan segala cara untuk mencapai kesuksesan. Kualitas spiritual (iman dan takwa, hubungan manusia dengan Tuhan) terimplementasi dalam akhlak atau moral (hubungan manusia dengan sesamanya).

Akhlak terhadap ibu dan bapak adalah dengan berbuat baik dan berterima kasih kepada keduanya. Akhlak terhadap orang lain, yaitu bersikap sopan dan santun terhadap sesama, tidak sombong, tidak angkuh, berjalan sederhana dan bersuara lembut.

Baca Juga: Jajan di Kantin Hantu, Ternyata yang Kumakan Seonggok Cacing

Sekali lagi, tanggung jawab untuk membentuk generasi yang tidak lemah, dalam bahasa yang positif, generasi kuat atau generasi berkualitas, yang pertama dan
terutama berada di pundak para orang tua dalam keluarga.

Namun pembentukan generasi penerus yang berkualitas bukanlah kerja individual, melainkan mesti melibatkan segenap unsur dalam masyarakat, seperti para pendidik, tokoh masyarakat, tokoh agama, pemerintah, media massa, dan lain sebagainya.

Sinergisitas semua stakeholder pendidikan menjadi tantangan kita bersama untuk mewujudkannya. InshaaAllah! *

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

'Ke-Empu-an' perempuan dalam Islam

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:00 WIB

Doa-doa mustajab dalam Al-Quran dan Al-Hadits

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:00 WIB

Pesan-pesan Al-Quran tentang menjaga kesehatan jiwa

Jumat, 19 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tasamuh dalam beragama

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan membaca dan tadabbur Al-Quran

Selasa, 16 Desember 2025 | 17:00 WIB

Manajemen hati untuk raih kebahagiaan sejati

Senin, 15 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tujuh kunci masuk ke dalam pintu Surga-Nya

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:00 WIB

Peran orang tua dalam pembentukan generasi berkualitas

Sabtu, 13 Desember 2025 | 17:00 WIB

Lima pinsip dasar perlindungan HAM dalam Islam

Kamis, 11 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketakwaan

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:00 WIB

HAM dalam perspektif Islam

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:00 WIB

Membangun keluarga samara dalam Al-Quran dan Sunnah

Sabtu, 6 Desember 2025 | 17:00 WIB

Sepuluh sifat istri shalehah pelancar nafkah suami

Kamis, 4 Desember 2025 | 17:00 WIB

Rahasia keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW

Sabtu, 29 November 2025 | 17:00 WIB

Sembilan kekhasan dan keunikan masa remaja

Jumat, 28 November 2025 | 17:00 WIB
X