mimbar

Iman kepada Allah SWT dalam berbagai dimensinya

Kamis, 6 Oktober 2022 | 07:35 WIB
Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si. (Dok. Pribadi)

HARIAN MERAPI - Iman kepada Allah SWT adalah rukun iman yang pertama. Rukun pertama ini sangat penting dan memiliki kedudukan tertinggi dalam Islam.

Di mana dalam rukun tersebut, dijelaskan bahwa Iman kepada Allah SWT adalah mempercayainya, meyakininya dengan sepenuh hati.

Wujud (adanya) Allah adalah sesuatu yang kebenarannya perlu dalil pembuktian, tetapi karena sudah sangat umum dan mendarah daging maka kebenaran itu tidak lagi perlu pembuktian.

Baca Juga: Lima cara melindungi diri dari godaan syaitan, di antaranya membaca Ayat Kursi

Namun demikian untuk membuktikan wujud-Nya dapat dikemukakan beberapa dalil.

Dalil untuk membuktikan wujud-Nya antara lain: Pertama, dalil fitrah. Allah menciptakan manusia dengan fitrah ketuhanan.

Apabila menusia menghadapi sesuatu kejadian yang luar biasa, dan dia sudah
kehilangan segala daya untuk menghadapinya, bahkan sudah putus asa, barulah secara spontan fitrahnya tersebut kembali muncul, mencari (bantuan) Tuhan.

Kedua, Dalil Naqli. Sekalipun secara fitrah manusia bisa mengakui adanya Tuhan dan dengan akal pikiran bisa membuktikannya, namun manusia tetap memerlukan dalil naqli (Al-Qur’an dan Sunnah) untuk membimbing mengenal Tuhan yang sebenarnya.

(Allah) dengan segala nama dan sifat Nya. Sebab fitrah dan akal tidak bisa menjelaskan Tuhan yang sebenarnya itu.

Baca Juga: Delapan langkah syaitan menyesatkan manusia, salah satunya dengan waswasah (bisikan)

Ketiga, dalil akal. Dalil akal adalah dalil dengan menggunakan akal pikiran untuk merenungkan dirinya sendiri, alam semesta dan lain-lain seseorang bisa membuktikan tentang adanya Allah.

Upaya membuktikan adanya Allah lewat perenungan terhadapa alam dengan segala isinya dapat menggunakan beberapa teori hukum (qanun), antara lain:

Pertama, qonun al-Illah. Illah artinya sebab; segala sesuatu ada sebabnya. Sesuatu yang ada tentu ada sebabnya. Siapakan yang mengadakan alam ini?

Kedua, Qunun al-Huduts. Huduts artinya baru. Alam semesta seluruhnya adalah sesuatu yang huduts (baru, ada awalnya) bukan sesuatu yang qadim (tidak berawal).

Kalau huduts, tentu ada yang mengadakannya. Dan yang mengadakan itu haruslkah yang bersifat qadim.'

Halaman:

Tags

Terkini

'Ke-Empu-an' perempuan dalam Islam

Minggu, 21 Desember 2025 | 17:00 WIB

Doa-doa mustajab dalam Al-Quran dan Al-Hadits

Sabtu, 20 Desember 2025 | 17:00 WIB

Pesan-pesan Al-Quran tentang menjaga kesehatan jiwa

Jumat, 19 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tasamuh dalam beragama

Rabu, 17 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan membaca dan tadabbur Al-Quran

Selasa, 16 Desember 2025 | 17:00 WIB

Manajemen hati untuk raih kebahagiaan sejati

Senin, 15 Desember 2025 | 17:00 WIB

Tujuh kunci masuk ke dalam pintu Surga-Nya

Minggu, 14 Desember 2025 | 17:00 WIB

Peran orang tua dalam pembentukan generasi berkualitas

Sabtu, 13 Desember 2025 | 17:00 WIB

Lima pinsip dasar perlindungan HAM dalam Islam

Kamis, 11 Desember 2025 | 17:00 WIB

Keutamaan berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketakwaan

Rabu, 10 Desember 2025 | 17:00 WIB

HAM dalam perspektif Islam

Selasa, 9 Desember 2025 | 17:00 WIB

Membangun keluarga samara dalam Al-Quran dan Sunnah

Sabtu, 6 Desember 2025 | 17:00 WIB

Sepuluh sifat istri shalehah pelancar nafkah suami

Kamis, 4 Desember 2025 | 17:00 WIB

Rahasia keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW

Sabtu, 29 November 2025 | 17:00 WIB

Sembilan kekhasan dan keunikan masa remaja

Jumat, 28 November 2025 | 17:00 WIB