opini

Menggali Harta Karun: Mendorong Potensi Anak Melalui Bakat dan Minat Sejak Dini

Kamis, 6 November 2025 | 10:33 WIB
M. Aminudin, Santri PP Taswirul Afkar, Bulan-Wonosari-Klaten. Mahasiswa Magister Pendidikan Islam Anak Usia Dini UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (Dok. Pribadi)

1. Membangun Rasa Percaya Diri: ketika anak yang merasa didukung dalam hal yang anak sukai dan kuasai mereka akan tumbuh menjadi pribadi yang lebih percaya diri, dan anak tahu bahwa dirinya berharga.

2. Menumbuhkan Growth Mindset: ketika anak didorong untuk menekuni minat mereka, anak belajar bahwa proses dan usaha adalah kunci kesuksesan. Anak tidak takut gagal dan melihat bahwa tantangan sebagai peluang untuk belajar dan berkembang.

3. Mencegah Malas Belajar: ketika anak belajar melalui minatnya anak akan merasakan prosesnya lebih mudah untuk dipelajari, bukan beban. Kemudia ini akan menumbuhkan rasa cinta yang alami pada proses belajar dan mencari hal-hal baru.

4. Menuntun Arah Masa Depan: memahami bakat anak sejak dini dapat membantu orang tua dalam merencanakan pendidikan dan jalur karirnya yang lebih sesuai dikemudian hari.

Lima Langkah Praktis Sebagai Orang Tua dalam Mendeteksi Potensi Anak

Pertama, kita sebagai orang tua harus mengamati anaknya secara bijak dan baik, meluangkan waktu kita untuk benar-benar memperhatikan anak saat bermain.

Kedua, membuat lingkungan yang kaya stimulasi untuk anak. Jangan sampai orang tua membatasi dunia anak, kenalkan anak pada beragam jenis kegiatan.

Ketiga, fasilitasi anak, bukan eksploitasi anak. Jika anak menunjukan minat pada sepak bola tawarkan untuk mencoba sekolah sepak bola terdekat. Jika anak suka menggambar, fasilitasi anak perlengkapan mengambar yang lebih baik. Hal ini tujuannya adalah supaya anak bereksplorasi, bukan menuntun anak menjadi ahli dalam sekejap.

Keempat, berikan apresiasi kepada anak. Kita sering lalai dalam hal ini, jangan salah kaprah dalam mengapresisasi anak. Apresiasilah proses anak dalam melakukan sesuatu bukan pada hasilnya.

Cobalah kalimat ini dalam mengapresiasi anak “Ibu melihat kamu sangat tekun dan sabar dalam menyusun puzzle ini. Kamu hebat!” atau “Ayah suka caramu memainkan bola dan mencetak gol”.

Kelima, jangan membandingkan dan memaksa anak. Hal ini adalah kesalahan besar bagi orang tua. Karena setiap anak memiliki jalur dan keunikan tersendiri.

Memaksa anak untuk mengikuti les bulu tangkis karena anak tetangga pintar bulutangkis hal ini akan mematikan minat alami anak. Membandingkan dengan teman atau bahkan saudaranya sendiri akan membuat hancur rasa percaya diri anak.

Peran kita sebagai orang tua adalah sebagai pemandu dan support sistem yang baik bagi anak. Mendukung potensi anak bukanlah ajang perlombaan untuk menciptakan seseorang jenius. Melainkan, tentang memberikan dukungan, rasa aman, rasa cinta, dan memberikan kesempatan agar anak bisa tumbuh menjadi diri mereka sendiri dengan versi terbaiknya.

Peran kita bukan sebagai sutradara atau coach yang mengatur berbagai kehidupan anak. Melaikan, kita sebagai supporter bagi anak, bersorak dipingir lapanagan, selalu ada serta memberikan semangat, dan memeluk anak saat mereka lelah.

Jadi, apakah kita siap mengali harta karun yang kecil ini? *

Halaman:

Tags

Terkini

FWK Membisikkan Kebangsaan dari Diskusi-diskusi Kecil

Jumat, 31 Oktober 2025 | 10:30 WIB

Budaya Hukum Persahabatan

Rabu, 24 September 2025 | 11:00 WIB

Generasi PhyGital: Tantangan Mendidik Generasi Dua Dunia

Minggu, 21 September 2025 | 10:13 WIB

Akhmad Munir dan Harapan Baru di Rumah Besar Wartawan

Selasa, 2 September 2025 | 09:52 WIB

Kemerdekaan Lingkungan, Keselamatan Rakyat

Rabu, 13 Agustus 2025 | 10:15 WIB

Mikroplastik: Ancaman Baru terhadap Kesehatan

Kamis, 7 Agustus 2025 | 09:00 WIB

Pro dan Kontra Identik Perpecahan?

Rabu, 6 Agustus 2025 | 12:05 WIB

Mentalitas Kemerdekaan

Jumat, 18 Juli 2025 | 16:50 WIB

Jabatan sebagai Amanah

Kamis, 19 Juni 2025 | 11:15 WIB