opini

Generasi PhyGital: Tantangan Mendidik Generasi Dua Dunia

Minggu, 21 September 2025 | 10:13 WIB
Dr. Umi Faizah, S.Ag., M.Pd. (Dok. Pribadi)

* Oleh: Dr. Umi Faizah, S.Ag., M.Pd. (Sekretaris Dewan Pendidikan Kota Jogja; Dosen STPI BIM)

“SETIAP generasi memiliki karakteristik dan kebiasaannya sendiri. Pendidikan yang baik adalah yang mampu memahami perbedaan itu.” Demikian kata bijak yang disampaikan Ibnu Khaldun (1332-1406) dalam Muqaddimah. Pesan ini menegaskan bahwa perlunya menyesuaikan metode Pendidikan dengan kondisi sosial dan perkembangan generasi.

Saat ini kita sedang menyaksikan lahirnya Generasi PhyGital—sebuah istilah gabungan dari physical dan digital, yakni generasi yang hidup sekaligus di dunia nyata dan dunia maya.

Hal ini nampak selaras denga apa yang dikutib dari Alvin Toffler, futuris asal Amerika, yang mengatakan bahwa “Generasi yang hidup hari ini membangun kehidupanya dengan alat-alat digital.”

Baca Juga: Terapkan metode pendinginan telur ulat sutra jenis eri, bisa membantu peternak guna mengoptimalkan produksi

Generasi ini lahir di tengah arus deras teknologi. Sejak kecil mereka sudah terbiasa menggunakan gawai, media sosial, bahkan kecerdasan buatan.

Dunia fisik memang tetap menjadi ruang mereka bermain, bersekolah, dan bersosialisasi. Namun, dunia digital menjadi ruang paralel yang sama pentingnya, tempat mereka membentuk identitas, mengakses informasi, hingga menjalin relasi.

Fenomena phygital bukan sekadar perubahan gaya hidup, melainkan juga transformasi mendalam pada cara berpikir, belajar, dan bekerja serta cara berinteraksi. Oleh karena itu metode pendidikan yang masih kaku dan berorientasi pada model lama jelas tidak lagi memadai.

Baca Juga: UMY gelar silaturahmi orang tua - wali mahasiswa baru, driver ojek online asal Ponorogo sampaikan testimoni

Generasi PhyGital lebih mudah memahami materi melalui simulasi digital, video interaktif, atau permainan edukatif. Hal ini sejalan dengan penelitian Prensky (2022) tentang “digital natives” yang menyebutkan bahwa anak-anak era digital memiliki pola pikir non-linear, sehingga membutuhkan pendekatan pembelajaran yang memberi ruang untuk berpikir kritis, kreatif, dan reflektif.

Di sinilah relevansi pembelaran mendalam (deep learning), guru tidak cukup hanya mengajar di ruang kelas; mereka harus menjadi jembatan yang menghubungkan dunia nyata dan maya.

Pembelajaran mendalam (deep learning) menekankan agar siswa tidak hanya menguasai pengetahuan di permukaan, tetapi mampu mengaitkan konsep, memecahkan masalah nyata, dan mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Baca Juga: Hasil Penelitian Mahasiswi Teknik Lingkungan UII: Mikroplastik Ditemukan dalam Air Tanah Pesisir Parangtritis

Ini sangat penting bagi generasi Phygital yang cenderung dibanjiri informasi. Tanpa pendekatan mendalam, mereka akan mudah puas pada pengetahuan cepat yang dangkal, tanpa sempat menguji kebenarannya.

Tantangan sesungguhnya dalam mendidik generasi phygital bukan sekadar teknis, melainkan soal karakter. Yuval Noah Harari dalam bukunya 21 Lessons for the 21st Century mengingatkan bahwa generasi mendatang harus diajarkan “how to make sense of information, not just accumulate it.”

Halaman:

Tags

Terkini

FWK Membisikkan Kebangsaan dari Diskusi-diskusi Kecil

Jumat, 31 Oktober 2025 | 10:30 WIB

Budaya Hukum Persahabatan

Rabu, 24 September 2025 | 11:00 WIB

Generasi PhyGital: Tantangan Mendidik Generasi Dua Dunia

Minggu, 21 September 2025 | 10:13 WIB

Akhmad Munir dan Harapan Baru di Rumah Besar Wartawan

Selasa, 2 September 2025 | 09:52 WIB

Kemerdekaan Lingkungan, Keselamatan Rakyat

Rabu, 13 Agustus 2025 | 10:15 WIB

Mikroplastik: Ancaman Baru terhadap Kesehatan

Kamis, 7 Agustus 2025 | 09:00 WIB

Pro dan Kontra Identik Perpecahan?

Rabu, 6 Agustus 2025 | 12:05 WIB

Mentalitas Kemerdekaan

Jumat, 18 Juli 2025 | 16:50 WIB

Jabatan sebagai Amanah

Kamis, 19 Juni 2025 | 11:15 WIB