HARIAN MERAPI - Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam dijaga dari kekufuran. Para ulama sepakat dengan hal itu. Penjagaan ini dilakukan langsung oleh Allah SWT. Penjagaan ini baik sebelum maupun sesudahnya menerima wahyu.
Berdasar penelitian riwayat-riwayat sejarah menyatakan bahwa sebelum turun wahyu Nabi SAW dijaga oleh Allah dari melakukan dosa-dosa besar maupun dosa-dosa kecil.
Akram Dhiya' Al-Umuri di dalam buku Seleksi Sirah Nabawiyah menuliskan setelah menerima wahyu dengan jelas, Rasulullah tidak mungkin punya keinginan melakukan dosa-dosa besar.
Allah bahkan melarang mendekati dosa dan dengan perlindungan yang lain.
Seperti menanggalkan kain kendati yang menutupi aurat laki-laki.
Dikisahkan dalam riwayat yang shahih ketika sudah dewasa, sekitar umur 35 tahun, Nabi Muhammad SAW bersama orang-orang Quraisy bekerja membangun kembali Ka'bah.
Nabi saat itu bersama pamannya, Al-Abbas. Sang paman menyarankan agar menanggalkan kain yang sedang dikenakannya dan memindahkan ke leher agar tidak kotor dan yang penting auratnya tidak dilihat orang lain.
Ketika hal itu dicoba dilakukan, tiba-tiba jatuh ke tanah hingga pingsan. Jadi siuman langsung meminta kembali kainnya untuk dikenakan.
Penjagaan lain bertelanjang saat thawaf, di kalangan orang-orang Arab jahiliah, telanjang bukan merupakan perbuatan yang tercela. Mereka biasa melakukan thawaf di Ka'bah dengan telanjang, kecuali orang-orang Quraisy.
Baca Juga: Tak gampang memaafkan orang lain, begini kiatnya menurut psikolog
Thawaf dengan telanjang tersebut terus berlangsung, sampai ada larangan dari Rasulullah yang disampaikan melalui Abu Bakar Ash-Shiddiq pada acara pelaksanaan ibadah haji tahun ke-9 Hijriyah.
Isi pengumumannya, "Setelah tahun ini orang musyrik dilarang berhaji, dan juga dilarang thawaf dengan telanjang." Oleh karena itu, mengutip hadits tersebut Ibnu Hajar mengatakan, “Sesungguhnya Nabi SAW itu dijaga dari melakukan hal-hal yang tidak terpuji, baik sebelum maupun sesudah beliau diutus sebagai rasul.”
Terhindarnya dari sifat-sifat cela itu, membuat Muhammad sebelum diangkat Nabi dan Rosul sudah berada di tempat mulia posisi di kalangan kaum arab saat itu.
Peristiwa pembangunan kembali Ka'bah mengungkapkan dengan jelas kedudukan dan posisi Nabi SAW di tengah-tengah kaum Quraisy.