HARIAN MERAPI - Sebagai ‘abdi Allah (hamba Allah) yang selalu mendapatkan ujian dari-Nya, orang-orang beriman harus pandai menempatkan dirinya sebagai pengabdi dengan sungguh-
sungguh dan penuh keikhlasan.
Firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala: “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan : “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka , maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang berdusta.” (QS. Al-Ankabut; 29: 2-3).
Rasulullah Muhammad Shallallahu’alaihi Wa Sallam bersabda: “Anas bin Malik Radhiyallahu ‘Anhu, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Setiap mukmin dihadapkan pada lima ujian; mukmin yang mendengkinya, munafik yang membencinya, kafir yang memeranginya, nafsu yang menentangnya, dan setan yang selalu menyesatkannya.” (HR Ad Dailami).
Baca Juga: BPKH RI kolaborasi Lazismu DIY selenggarakan Berkah Ramadhan, berikut kegiatannya....
Berdasarkan Hadits Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wa Sallam di atas, setidaknya ada lima ujian yang dihadapi seorang mukmin di dalam kehidupannya; yaitu:
Pertama, mukmin yang mendengkinya. Sudah menjadi rahasia umum setiap orang yang mendapatkan kenikmatan, pasti akan ada orang lain yang tidak menyukai (mendengkinya).
Dari sini timbullah sikap hasad yang diakibatkan oleh rasa permusuhan dan kebencian yang mengharapkan agar kenikmatan musuh menjadi hilang dan berpindah ke pihaknya.
Hasad juga merupakan salah satu penyakit tertua dalam sejarah kehidupan dan peradaban manusia.
Karena faktor hasad pula Qabil tega membunuh saudaranya yang bernama Habil. Karena itu, wajar jika dalam banyak Hadits dijelaskan tentang bahaya penyakit hasad ini. Dalam sebuah Hadits yang cukup populer disebutkan; “Dari Abu Hurairah bahwa Nabi saw. bersabda: “Jauhilah hasad (dengki), karena hasad dapat memakan kabaikan seperti api memakan kayu bakar.” (HR Abu Dawud).
Kedua, kaum munafik yang selalu membencinya. Sifat munafik lebih berbahaya dari kufur, sebab orang yang munafik itu sering menampakkan wajah keislaman (seakan-akan baik), padahal dirinya menyimpan permusuhan dalam hatinya.
Salah satu contohnya adalah peristiwa munculnya hadits al-ifki (berita dusta) yang ditujukan kepada keluarga Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wa Sallam: “Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu.” (QS An-Nur; 24:11).
Untuk melindungi diri dari kaum munafik ini, seorang muslim wajib bersandar kepada Allah dan berusaha menyingkap tipu daya dan rencana busuk mereka. Orang-orang munafik itu sangat pandai bersilat lidah dan membolak-balikkan kata-kata dengan maksud mempertahankan maksud dan tujuannya. (QS Al-Munafiqun; 63:1-11).
Ketiga, orang kafir yang memerangi. Kaum kafir adalah pendukung kebatilan, setan
dan berusaha mencelakakan orang Islam, sebagaimana firman-Nya: “Sesungguhnya orang-
orang yang kafir menafkankan harta mereka untuk menghalangi (orang) dari jalan Allah.”
(QS. Al-Anfal; 8:36).
Mereka saling tolong untuk memerangi umat Islam, sebagaimana firman-Nya: “Apakah mereka yang berpesan tentang apa yang dikatakan itu. Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui batas.” (QS. Adz-Dzariyat; 51:53).