HARIAN MERAPI - Stres dan deindividuasi sebagai penyebab agresivitas anak-anak dan remaja. Dewasa ini fenomena tindak kekerasan di kalangan remaja sudah mengarah pada tingkat yang
sangat mengkhawatirkan.
Hal ini bertolak dari beberapa aksi kekerasan yang dilakukan misalnya tawuran, pemalakan, perundungan (bullying), pemerkosaan, sampai kepada pembunuhan. Aksi kekerasan yang dilakukan sebagian anak-amnak dan remaja ini merupakan bentuk dari perilaku
agresif.
Fenomena yang belakangan ini kerap terjadi sangat memprihantinkan, mengingat hampir
semua strata kehidupan mengalami kemerosotan moral.
Krisis moral yang terjadi disertai dengan pola hidup masyarakat yang semakin konsumtif,
materialistis, hedonis dan lainnya yang semuanya membuat rasa kemanusiaan, kebersamaan dan
kesetiakawanan sosial semakin terkikis.
Idealnya, seorang anak-anak dan remaja harus mempunyai dan memahami peran dan fungsi sosial yang mereka jalani. Sekarang ini banyak terdengar kasus tindakan yang mengarah pada perilaku agresif yang dilaksanakan oleh anak-anak dan remaja.
Di antara penyebab agresivitas anak-anak dan remaja adalah stress. Stress ialah respon atas
tidak mampunya seseorang dalam menghadapi gangguan fisik dan psikis.
Munculnya stress ini dikarenakan terdapat ancaman atas kesejahteraan fisik dan psikis serta seseorang merasa bahwa ia tidak dapat menanganinya.
Timbulnya stress selain bergantung dari keadaan eksternal, juga karena factor-faktor interbal, sehingga memungkinkan terdapat respon yang berlainan antar individu walaupun stressornya relatif sama.
Penyebab yang berikutnya adalah deindividuasi. Deindividuasi adalah keadaan hilangnya
kesadaran akan diri sendiri (self awareness) dan pengertian evaluatif terhadap diri sendiri (evaluation apprehension) dalam situasi kelompok yang memungkinkan anonimitas dan mengalihkan atau menjauhkan perhatian dari individu.
Menurut Diener, terdapat 3 tahapan deindividuasi, yaitu: (1) Self-awareness hilang dari individu, kelompok menjadi fokus perhatian dan diidentifikasi sebagai satu kesatuan,
(2) untuk menjadi sepenuhnya deindividuasi harus ada perubahan perhatian antara individu. Individu tidak melihat diri mereka secara terpisah tetapi sebagai bagian dari kelompok , dan (3) individu mengalami ketiadaan self-regulation.
Baca Juga: Kartunis dari 26 negara pamer ratusan karya di Purwokerto
Penyebab lain dari munculnya agresivitas anak-anak dan remaja adalah: Kekuasaan. Kekuasaan ialah peluang bagi individu atau sekelompok orang untuk mewujudkan keinginan yang ada yang berupa tindakan komunal, terlebih walaupun harus menghadapi perlawanan dari individu ataupun sekumpulan individu yang turut serta dalam komunikasi itu.