HARIAN MERAPI - Jika di Sleman ada Puri Mataram antara lain menyajikan wahana wisata dan kuliner, di Wirokerten Banguntapan Bantul ada Pasar Blumbang Mataram.
Khususnya di Pasar Blumbang Mataram, ada penggabungan sejumlah unsur penting, yaitu pemanfaatan, sumber daya manusia (SDM), sumber daya alam (SDA) serta pemberdayaan masyarakat/pemilik UMKM.
Menurut Rivaldi Alan Saputra sebagai inisiator Pasar Blumbang Mataram, lokasi Pasar Blumbang Mataram, awalnya sebuah kolam-kolam rawa tak produktif dan tak memiliki nilai ekonomi.
Seiring perjalanan waktu, ia ada inisiasi pemberdayaan masyarakat yakni dengan melibatkan masyarakat lokal, khususnya yang memiliki usaha UMKM.
“Apalagi pemilik UMKM di Desa Wisata Wirokerten belum terintegrasi dengan baik dan tidak memiliki tempat penjualan produk yang strategis,” ungkap Alan, baru-baru ini.
Setelah melewati proses yang cukup panjang, akhirnya pada 2021 terwujud program Pasar Blumbang Mataram dengan memberdayakan kurang lebih 47 UMKM.
Alan sebagai salah satu alumni Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) memaparkan, program Pasar Blumbang Mataram tersebut dilaksanakan setiap Minggu Wage atau 35 hari sekali.
Biasa pula disemarakkan dengan berbagai kegiatan menarik, seperti edukasi satwa reptil, workshop keterampilan, pentas seni budaya, dan lainnya.
Dalam setiap pelaksanaannya, lanjut Alan, program tersebut memiliki konsep yang berbeda–beda, dengan tujuan agar dapat menarik perhatian berbagai lapisan masyarakat/wisatawan.
Diungkap pula oleh Alan, pada awal-awal pembukaan Pasar Blumbang Mataram, baru melibatkan 10 pemuda dan 15 pemilik UMKM. Seiring berjalannya waktu, saat ini mampu melibatkan ratusan pemuda dan 100 UMKM.
Baca Juga: Ditabrak KA Mutiara Selatan, Tubuh Warga Sleman Berceceran Sampai 1 Km di Kebakkramat Karanganyar
Bahkan, program yang dijalankan oleh mayoritas anak muda dari Desa Wisata Wirokerten tersebut juga akan meluncurkan inovasi baru dengan mengadakan kegiatan Ngontel Ndeso dan Ngandong Ndeso.