Peran kekuasaan yang bisa mengarah pada munculnya agresi tidak terpisahkan dari aspek yang mendukung kekuasaan itu misalnya pengabdian dan ketatan. Bagi pemegang otoriter biasanya mengeksploitasi ketaatan pengikut yang ada untuk menghilangkan oposanoposan yang
tujuannya menjaga establishment kekuasaan yang ada.
Efek senjata. Diduga senjata sangat berperan dalam agresi, selain dikarenakan berfungsi
meningkatkan efektivitas dan efisiensi tindakan agresi, juga dikarenakan oleh kehadirannya.
Kekerasan senjata harus dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat, bukan masalah
politik—epidemi yang perlu ditangani dengan penelitian dan strategi berbasis bukti yang dapat
mengurangi morbiditas dan mortalitas.
Kekerasan senjata mempengaruhi orang-orang dari segala usia dan ras. Kekerasan terkait senjata api terhadap kesehatan pasien, keluarga, dan komunitas mereka, memiliki kekuatan untuk membantu meningkatkan keamanan dan kesejahteraan kelompok tersebut.
Provokasi. Dalam kehidupan sehari-hari, kata provokasi ini cenderung bermakna negatif yaitu
memanasi situasi supaya terjadi sesuatu yang tidak diinginkan atau melakukan kerugian pada diri
sendiri maupun orang lain.
Provokasi dapat memicu agresi sebab provokasi bagi orang bersangkutan dipandang selaku ancaman yang harus disikapi secara agresif untuk menghilangkan bahaya yang menyertai ancaman tersebut.
Alkohol dan obat-obatan. Alkohol akan meningkatkan agresi sebab menekan mekanisme
syaraf pusat yang umumnya menjadi penghambat emosi untuk bertindak agresi. Sehingga alkohol dan obat-obatan psikoaktif dapat memperlemah pengendalian diri penggunanya.
Maka dua hal ini bisa mempengaruhi seseorang untuk bertindak agresi, karena pengendalian diri yang semakin melemah.
Kebisingan. Kebisingan adalah bunyi yang tidak diinginkan dari usaha atau kegiatan dalam
waktu tertentu yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan.
Sumber-sumber Kebisingan; (1) bising industri. Industri besar termasuk di dalamnya pabrik, pabrik, bengkel dan sejenisnya, (2) bising rumah tangga. Umumnya disebabkan oleh alat-alat rumah tangga dan tidak terlalu tinggi tingkat kebisingannya, dan (3) bising spesifik. Kebisingan dapat menjadikan individu lekas marah dan akhirnya melakukan perilaku agresif.*
Penulis : Dr. H. Khamim Zarkasih Putro, M. Si.,
Dosen Psikologi Pendidikan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta,
Ketua Dewan Pendidikan Kota Yogyakarta,
Dewan Pembina Pimpinan Pusat Forum Guru Sertifikasi Nasional Indonesia (FGSNI)