HARIAN MERAPI - Secara singkat rezeki dapat dimaknai sebagai segala pemberian dari Allah SWT yang bermanfaat bagi kehidupan manusia berupa uang, makanan, pakaian hingga pasangan hidup.
Rezeki juga bisa berupa keturunan yang saleh serta nikmat sehat pendengaran, penglihatan dan lain-lain.
Dengan demikian, rezeki bisa berbentuk apa saja, baik itu material maupun non-material, yang
penting diperoleh secara halal.
Firman Allah SWT: “Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepada kamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.” (QS. Al-Baqarah; 2:172).
Salah satu rangkaian ibadah yang dilakukan dalam ibadah Haji adalah Sa’i. Pada dasarnya
Sa'i adalah dzikrullah karenanya selama menjalankan Sa'i seseorang harus dipenuhi dengan dzikir.
Arti kata Sa'i adalah usaha. Bisa pula dikembangkan artinya menjadi: berusaha dalam hidup, baik
pribadi, keluarga, atau masyarakat. Pelaksanaan sa'i antara bukit Safa dan Marwa melestarikan
pengalaman Siti Hajar (ibu Nabi Ismail AS) ketika ia mondar-mandir antara dua bukit itu untuk
mencari air minum bagi dirinya dan putranya. Sa'i memberikan makna sikap optimistis dan usaha
yang keras serta penuh kesabaran dan tawakkal kepada Allah SWT.
Kesungguhan yang dilakukan oleh Siti Hajar dengan tujuh kali mondar-mandir berjalan
antara Safa dan Marwa memberikan makna bahwa hari-hari yang dilewati manusia berjumlah tujuh hari setiap minggu haruslah diisi dengan usaha dan kerja keras.
Baca Juga: Pemerintah akan fokus tangani korban alami kerugian akibat judi online, begini caranya
Pekerjaan yang dilakukan dengan sungguh- sungguh itu sangat disenangi Allah SWT, sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Aisyah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda: Sungguh Allah SWT sangat senang jika salah satu di antara kalian melakukan suatu pekerjaan dengan sungguh- sungguh.'' (HR. At-Tabrani dari 'Aisyah RA).
Ketika seseorang menghayati dan meresapi syariat Sa'i, akan muncul dalam dirinya sikap-
sikap positif menghadapi berbagai tantangan hidup, termasuk juga di dalam mencari rezeki, antara lain: kerja keras, optimisme, kesungguhan, keikhlasan, kesabaran, dan tawakkal. Karunia Allah kadang-kadang diperoleh tanpa disangka sebelumnya.
Dia akan memberikan anugerah kepada hamba-Nya yang rajin dan konsisten menjalankan tugas fungsinya. Setelah berusaha, hendaklah ia bertawakkal dan menyerahkan hasilnya kepada Allah SWT.
Menurut Al-Quran, ada beberapa hal yang dapat menjadi penyebab datangnya rezeki dari
Allah SWT kepada seseorang; yaitu:
Pertama, rezeki yang telah dijamin oleh Allah SWT. Allah SWT berfirman: “Dan tidak satupun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya. Dia
mengetahui tempat kediamannya dan tempat penyimpanannya. Semua (tertulis) dalam Kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (QS. Hud; 11:6).