HARIAN MERAPI - Keluarga sakinah mawaddah wa rahmah merupakan dambaan setiap orang demi mendapatkan kebahagiaan dunia akhirat. Keluarga sakinah (tenang) sedikitnya dengan tiga indikator; anggota keluarga betah tinggal di rumah, saling pengertian, dan cepat mencari solusi ketika muncul suatu permasalahan.
Mawaddah (penuh cinta) juga dengan tiga indikator; masing-masing siap mengalah, kerelaan berkorban, dan masing-masing berusaha merahasiakan kelemahan pasangannya.
Rahmah (penuh sayang) sedikitnya juga ada tiga indikator; penuh perhatian, selalu ada perasaan was was atas kondisi pasangan, dan masing-masing berusaha melupakan kejelekan anggota keluarga yang lain serta berusaha mengingat berbagai kebaikan yang telah dilakukan.
Ketika ingin membangun sebuah keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah dapat juga kita melihat
dengan perspektif ayat-ayat awal surat Al-Fatihah. Konsep yang ada dalam surat ini dapat diaplikasikan dalam kehidupan membangun sebuah keluarga sakinah.
Mulai dari bacaan Basmalah hingga penutup dengan bacaan pengabulan harapan, semuanya penuh makna yang sangat luar bisa.
Ketika memulai sesuatu kita diwajibkan memulai dengan mengawalinya atas nama Sang Pencipta
yaitu Allah SWT.
Secara universal, agama apapun mengajarkan ketika akan melakukan sesuatu, pasti memulai dengan izin kepada yang memiliki dirinya atau pemilik alam ini, dalam hal ini tidak lain adalah Sang Pencipta, Allah SWT.
Baca Juga: Resep mudah memasak jeroan untuk kreasi hidangan Idul Adha, rasanya spesial lho...
Bahkan secara syariat Islam, bila tidak memulai dengan bacaan basmalah maka amalnya tertolak alias tidak bernilai di sisi Allah SWT.
Apalagi ketika akan membangun sebuah bangunan keluarga yang diikat dengan nama-Nya, yang
bernama pernikahan, maka sudah seharusnyalah mengawali dengan izin dari Sang Pencipta, Allah SWT.
Bukan dengan yang lainnya untuk meluruskan segala sesuatu yang menyertainya. Pilihan calon pasangan hidup kriteria yang dipilih terwarnai dengan nilai-nilai ilahiah.
Diketahui, kriteria pasangan hidup ada empat menurut Rasulullah Muhammad SAW, yaitu karena
kekayaannya, nasabnya, kecantikannya dan agamanya. Bila yang dipilih yang terakhir atau dengan nilai ilahiah maka tiga yang awal akan terwarnai.
Kekayaannya bukan dalam bentuk materi semata melainkan kekayaan hati dan kekayaan ilmu yang lebih melanggengkan pernikahan, kalaupun mendapat kekayaan materi itu merupakan nilai tambah saja.