syiar

UMY gelar Pengajian Ramadhan 1445 H, Prof Haedar Nashir: Bulan Puasa sebagai momentum memperhalus hati

Rabu, 27 Maret 2024 | 11:30 WIB
Prof Haedar Nashir saat menjadi pembicara Pengajian Ramadhan 1445 H di UMY. (Foto: Dok. Panitia)



HARIAN MERAPI - Dalam pandangan Islam berkemajuan, Muhammadiyah berupaya untuk memperkaya kembali pemaknaan, bahwa tauhid tak hanya berbicara mengenai hubungan manusia dengan Allah SWT.

Namun juga hubungan antar sesama manusia, dan ada banyak ayat Alquran dan riwayat Hadits yang menjelaskan mengenai hubungan manusia dengan sesamanya.

Hal tersebut diungkap Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Prof Dr Haedar Nashir MSi saat menjadi pembicara Pengajian Ramadhan 1445 H di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), awal pekan ini.

Baca Juga: Sapa Pagi Ramadhan, Karutan Salatiga : Lupakan yang lalu, jadikan pelajaran, instropeksi diri, dekatkan diri pada Tuhan

Pengajian Ramadhan yang dilanjutkan buka puasa bersama tersebut diikuti segenap dosen dan pejabat struktural UMY. Selain itu ditegaskan pula oleh Prof Haedar, perlunya rekonstruksi tauhid di masyarakat.

“Konsep ketuhanan dalam agama Islam tidak selalu terkait dengan teosentrik dan dogmatik, namun juga menggabungkan tiga paradigma yaitu iman, ilmu dan amal,” jelasnya.

Guru Besar UMY di Bidang Ilmu Sosiologi ini menambahkan, salah satu ujian bagi manusia dalam bertauhid bukan sekadar masing-masing sadar untuk bertuhan.

Namun juga sadar untuk menjalin hubungan yang baik dengan manusia lain. Apalagi Islam dikenal sebagai agama yang seimbang dalam semua aspek kehidupan.

Baca Juga: Tips aman berpuasa bagi penderita asam lambung

Bahkan, umat Islam tak dianjurkan untuk merasa paling benar dalam beragama dan melupakan dunia. Karena sejatinya tauhid mengajarkan umat Islam bersikap peduli terhadap kemanusiaan dan lingkungan.

“Jika ingin menjadikan tauhid sebagai konsep yang direkonstruksi, jadikanlah tauhid sebagai bagian dari proses perubahan diri menjadi lebih baik,” tutur Prof Haedar.

Masih menurutnya, akan ada tiga pengaruh terhadap orang yang bertauhid tinggi, diantaranya merasa dirinya diawasi Allah, senantiasa mengintrospeksi diri, dan bersungguh-sungguh dalam menjalani hidup.

“Proses tersebut yang harus menjadi tujuan dalam bertauhid, dan tidak mengarah kepada perasaan paling benar sendiri dalam beragama,” tandasnya.

Baca Juga: Mengapa pengobatan tuberkulosis pada anak harus tuntas, begini penjelasan dokter

Halaman:

Tags

Terkini

Refleksi NgaSSo: dari Anak Sapi Emas ke Dewa Uang

Minggu, 19 Oktober 2025 | 06:52 WIB

Adam Turun ke Bumi, Hukuman atau Rahmat?

Sabtu, 27 September 2025 | 19:35 WIB

Kenapa Sulit Khusyuk dalam Shalat?

Sabtu, 13 September 2025 | 19:05 WIB

Bulan Muharam bulan istimewa bagi umat islam

Rabu, 25 Juni 2025 | 06:56 WIB